WahanaNews.co | Wahyu Cahyono Putro, alumnus Psikologi Universitas Airlangga (Unair) merupakan orang yang punya prinsip bahwa suatu saat dirinya dapat lulus seperti senior-seniornya di kampus.
Lihat saja, Wahyu dapat meraih Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kemendikbudristek 2021 membukakan pintunya dapat lulus tanpa skripsi.
Baca Juga:
Emil Dardak: Digital Library ISNU Jatim Dorong Kecendekiawanan NU dan Kemajuan Negara
Keberhasilan Wahyu ini tidak terlepas karena sejumlah seniornya juga berhasil lulus kuliah tanpa skripsi, dan hal itu yang memacu semangatnya hingga dapat lulus tanpa skripsi.
“Di PKM waktu itu lagi gencar-gencarnya pembukaan, jadi aku semangat aja buat join terus ikut kegiatannya,” beber Wahyu dilansir dari laman Unair, Minggu (10/9/2023).
Ternyata keputusannya untuk ikut PKM itu telah mengubah jalannya di perguruan tinggi.
Ia mendapatkan ‘tiket emas’ untuk lulus tanpa skripsi pun bisa terkabulkan. Dengan itu, ia berhasil lulus dan menjadi wisudawan tepat pada tahun ini.
Baca Juga:
Unair Surabaya Terima 1.895 Calon Mahasiswa Baru Melalui SNBP 2024
Meski begitu jangan salah paham dulu, lulus tanpa skripsi tak lantas membuat kelahiran Probolinggo ini lulus tanpa satu karya apa pun. Sebagai ganti skripsi itu, ia menyusun satu artikel ilmiah yang jadi syarat pengganti skripsi itu.
“Lebih tepatnya, skripsiku itu berdasarkan hasil penelitian dan karya ilmiah berbasis kompetisi PKM-KC (Karsa Cipta) tahun 2021 yang pernah aku ikutin bareng timku. Jadi dengan karya ilmiah dengan tema yang aku usung di PKM aku jadiin skripsi,” ungkapnya.
Artikel ilmiah tersebut ia susun dengan judul EMOSIA: Media Edukasi Emosi untuk Anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder).
Ia, tim serta kerja sama dengan salah satu vendor menghasilkan satu aplikasi yang ia jadikan payung agar bisa menyusun artikel ilmiahnya dari karya itu.
EMOSIA merupakan satu aplikasi yang mereka ciptakan untuk anak dengan ASD. Mereka dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk mengenali dan mengembangkan emosi yang ada pada dirinya.
Bagi Wahyu, jalur skripsi maupun penggantinya sama-sama bukan jalan yang mudah. Ketika memutuskan untuk berpartisipasi dalam ajang PKM, perlu waktu yang panjang dan proses yang tidak mudah untuk melaluinya.
“Kalau gak salah itu (perjalanan PKM) berlangsung selama kurang lebih sebelas bulan dari awal banget sampai hari H penentuan kelulusan PIMNAS-nya. Kita harus pinter manajemen waktu karena tentunya kita masih mengikuti kuliah dengan bobot dan kesibukannya masing-masing,” katanya.
Wahyu sebagai ketua tim waktu itu harus banyak mengatur selama prosesi berlangsungnya kompetisi.
Menurutnya, proses itu bertambah sulit karena pada masa itu tengah mewabahnya covid-19 dan setiap pekerjaan harus berbasis di rumah masing-masing.