WahanaNews.co | Ekonom memperkirakan, kebijakan penarikan stimulus moneter atau tapering oleh The Fed, bank sentral di Amerika Serikat (AS), akan dilakukan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, mengatakan, jika tapering The Fed akan dilakukan pada akhir tahun ini, maka akan terjadi pelemahan rupiah, dikarenakan terjadinya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik.
Baca Juga:
Apindo Ungkap Penyebab Tutupnya Banyak Pabrik dan PHK di Jawa Barat
“BI harus jaga nilai tukar rupiah, karena banyak yang memperkirakan [nilai tukar rupiah] bisa sampai Rp 14.450, karena ada aliran modal keluar,” katanya, dalam acara Indef Talks, Selasa (2/11/2021).
Aviliani menjelaskan, terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah akibat kebijakan tapering The Fed dikarenakan struktur aliran investasi asing langsung jauh lebih rendah dibandingkan dana portofolio atau investasi jangka pendek.
Dengan demikian, ketika ada kebijakan kenaikan suku bunga di negara lain, sementara imbal hasil yang ditawarkan di dalam negeri rendah, maka akan terjadi keluarnya aliran modal asing.
Baca Juga:
Sejarah UMKM Nasional, Roda Penggerak Perekonomian Indonesia
“Dampaknya? Ke dunia usaha, pastinya. Dunia usaha akan menghadapi bunga yang naik. Jika rupiah cenderung melemah dalam jangka panjang, akan berpengaruh ke struktur biaya barang dan jasa,” jelasnya.
Dia menambahkan, kondisi ini akan meningkatkan tekanan inflasi, sehingga daya beli masyarakat menjadi turun.
“Akibatnya, ekonomi yang seharusnya pulih, menjadi tidak pulih. Ini yang perlu diantisipasi, jangan sampai ekonomi mau membaik jadi turun lagi karena kebijakan lain,” kata Aviliani. [qnt]