WahanaNews.co | PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) terus mengeksplorasi potensi dari segmen pekerja informal atau gig economy. Dengan fokus tersebut, Bank Raya sudah menyalurkan kredit senilai Rp 1,5 triliun ke segmen gig economy.
Sebagai konteks, gig economy merupakan sebuah sistem ekonomi di mana perusahaan hanya mengontrak pekerja dalam jangka pendek atau jangka waktu tertentu. Dalam sistem ini seseorang dibayar per proyek yang dikerjasamakan sesuai kontrak.
Baca Juga:
129 Juta Warga RI Tergoda Pinjol, Total Pinjaman Tembus Rp 874,5 Triliun
Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang, dalam laporan Public Expose Live 2022, mengatakan bahwa pihaknya terus berkonsentrasi pada pekerja informal.
Pasalnya, sejauh ini bank umum sudah memberikan pelayanan maksimal kepada pekerja formal.
“Namun, kami melihat terdapat masalah pada para pekerja informal, yakni ketiadaan agunan, sehingga dalam penyaluran unsecured loan kami berkolaborasi dengan Big Data dan platform based,” ujar Kaspar, Sabtu (17/9/2022).
Baca Juga:
Fintech Lending Bermasalah, 19 Penyelenggara Dapat Peringatan Keras dari OJK
Adapun model yang dibuat oleh anak perusahaan BRI Group ini mencakup platform, webview, atau Application Programming Interface (API) milik perseroan yang kemudian ditempelkan ke platform dari entitas lain.
Kaspar mengeklaim bahwa pencairan kredit dari emiten bank berkode saham AGRO ini di bawah 10 menit, bertenor 7 hari, dan ticket size maksimum mencapai Rp 25 juta dengan biaya yang diklaim kompetitif.
“Sehingga kami dapat membantu pekerja informal dan dalam enam bulan kami dapat menyalurkan Rp 1,5 triliun dengan rasio kredit bermasalah [non-performing loan/NPL] 0,05 persen,” ungkap Kaspar.
Dia menambahkan dengan retensi yang tinggi, para agen Laku Pandai yang mendapatkan pinjaman dari perseroan mampu melakukan pencairan hingga 4 – 5 kali setiap bulannya.
“Kami juga memberikan apresiasi berupa insentif, semisal untuk pencairan ke-5 akan kami berikan insentif dan apabila kualitas kreditnya baik maka akan kami berikan kenaikan limit dan tenor, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan retensi pinjaman,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Bank Raya Akhmad Fazri mengatakan dalam melakukan penetrasi pembiayaan digital, Bank Raya menggunakan dua cara, yakni secara direct sales maupun channeling yang mengoptimalkan community branch, BRI Group dan Fintech.
Akhmad mengatakan Bank Raya juga akan terus mengoptimalisasi acquisition channel yang dimiliki perseroan untuk terus meningkatkan penyaluran kredit digital bagi para gig economy. [jat]