Dinita menekankan pentingnya ASEAN untuk mempercepat peralihan ke energi terbarukan.
Menurutnya, penurunan biaya energi surya sebesar 55 hingga 81 persen, dan energi angin sebesar 33 hingga 35 persen, menawarkan peluang besar untuk diversifikasi energi di kawasan ini.
Baca Juga:
Pulau Barrang Lompo Akhirnya Bebas Krisis Air, PLN Hadirkan Teknologi Desalinasi Tenaga Surya
Laporan tersebut juga merekomendasikan pengembangan infrastruktur kelistrikan lintas negara untuk energi surya dan angin.
Sebagai contoh, faktor kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Semenanjung Malaysia dan Singapura mencapai 20 persen pada periode Januari hingga April, sedangkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia mencapai 30 persen pada periode Mei hingga Oktober.
Hingga saat ini, dari 18 rencana pembangunan jaringan listrik lintas negara, delapan di antaranya telah selesai dan memungkinkan ekspor listrik sebesar 7,7 gigawatt (GW).
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Target Pemerintah Ubah Sampah Jadi Listrik di 30 Kota hingga 2029
Kerja sama energi regional seperti ASEAN Power Grid yang menghubungkan Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura menjadi langkah penting dalam membangun sistem energi yang lebih kuat.
Target berikutnya adalah jaringan listrik lintas Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Dinita menyatakan bahwa transisi menuju energi terbarukan di ASEAN akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan ketahanan energi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.