WAHANANEWS.CO, Jakarta - Buah sirsak dikenal dengan rasa manis-asam yang segar dan aroma khasnya.
Di balik cita rasanya, buah ini mengandung beragam nutrisi seperti vitamin C, serat, serta antioksidan yang berperan penting untuk menjaga sistem imun, mendukung pencernaan, sekaligus melawan radikal bebas.
Baca Juga:
Kemendag Lepas Ekspor Perdana Produk Kerajinan Serat Alam UMKM ke Amerika Serikat
Popularitas sirsak tidak hanya berkembang di dalam negeri, tetapi juga merambah pasar global.
Komoditas ini kian diminati sebagai bahan baku jus, teh herbal, hingga suplemen antioksidan.
Menariknya, Indonesia justru melihat pasar ekspor yang cukup besar di negara tetangga, Malaysia.
Baca Juga:
Program Desa BISA Ekspor Siap Jadi Lokomotif Ekspor Indonesia
Negeri Jiran bahkan tercatat sebagai pembeli paling konsisten sejak 2019 hingga 2024.
Pada 2024 saja, ekspor buah sirsak Indonesia ke Malaysia mencapai US$24.089, menjadikannya pasar terbesar untuk buah ini.
Di sana, sirsak tidak hanya dikonsumsi segar, tetapi juga diolah sebagai bahan dasar minuman kesehatan hingga obat tradisional.
Namun, yang jarang diketahui adalah potensi lain dari bagian pohon sirsak, yaitu daunnya.
Meski di Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan, di pasar luar negeri daun sirsak justru mendapat perhatian khusus.
Daun dari pohon Annona muricata ini secara tradisional telah digunakan dalam bentuk teh atau ekstrak karena kandungan fenolik, flavonoid, dan acetogenin yang memberikan efek antioksidan, antimikroba, serta anti-inflamasi.
Dalam jurnal Comprehensive Review on the Ethnomedicinal, Phytochemistry, and Pharmacological Aspects Focusing on Antidiabetic Properties, disebutkan bahwa klaim manfaat daun sirsak cukup beragam, mulai dari membantu meredakan sakit kepala, mengatasi insomnia, hingga dugaan aktivitas antikanker berdasarkan uji laboratorium.
Meski begitu, bukti klinis pada manusia masih terbatas. Artinya, klaim tersebut sebaiknya dipandang sebagai hipotesis awal yang membutuhkan uji klinis lebih lanjut.
Di sisi lain, penelitian juga mencatat adanya senyawa acetogenin, seperti annonacin, yang memiliki potensi neurotoksik.
Hal ini membuat konsumsi daun sirsak dalam dosis tinggi atau jangka panjang perlu mendapat pengawasan medis ketat.
Produk daun sirsak yang paling populer di pasar global adalah teh kering, baik dalam bentuk loose leaf maupun tea bag.
Selain itu, kapsul ekstrak dan bubuk siap pakai juga banyak beredar.
UMKM biasanya memproduksi teh kering dalam kemasan berisi 40–60 sachet per kotak, atau mengolahnya menjadi serbuk suplemen.
Proses pengeringan, sortasi, hingga standar kebersihan menjadi kunci penentu daya saing produk ekspor.
Di platform e-commerce global seperti Amazon, teh daun sirsak dengan isi 40–60 kantong biasanya dijual dengan harga US$12–US$15 per kemasan.
Harga ini mencerminkan adanya nilai tambah dari pengemasan modern serta biaya distribusi internasional.
Bagi Indonesia, potensi ekspor daun sirsak mulai terlihat sejak 2021 ketika pemerintah daerah bersama pelaku UMKM melakukan pengiriman percobaan ke Jerman dan Korea Selatan.
Meski jumlahnya masih kecil dan bersifat sporadis, hal ini membuktikan bahwa pasar niche herbal dunia terbuka bagi produk daun sirsak jika mampu memenuhi standar sanitasi dan regulasi ekspor.
Namun, sejauh ini nilai ekspor daun sirsak dari Indonesia masih fluktuatif.
Kondisi ini menunjukkan bahwa produk tersebut belum mampu menyaingi komoditas hortikultura utama dengan volume besar.
Tantangannya ada pada dua aspek utama: standar mutu dan rantai pasok.
Pembeli mancanegara menuntut konsistensi bahan baku, uji residu pestisida, label komposisi, bahkan sertifikasi organik.
Sayangnya, banyak petani atau pengrajin masih mengirimkan daun kering dalam bentuk sederhana tanpa melalui proses standarisasi.
Di sisi lain, harga jual di pasar global yang relatif tinggi menunjukkan adanya peluang margin besar bagi eksportir.
Syaratnya, produsen harus berinvestasi pada fasilitas pengolahan sesuai standar Good Manufacturing Practices (GMP), sistem pengemasan modern, serta mengakses informasi pasar lewat platform perdagangan internasional.
Dengan pengelolaan rantai pasok yang lebih baik, daun sirsak berpotensi menjadi komoditas herbal bernilai tambah tinggi bagi Indonesia.
Namun, klaim manfaat kesehatan tetap perlu disampaikan secara proporsional.
Ada janji besar dari hasil penelitian laboratorium, tetapi juga ada peringatan terkait risiko senyawa toksik jika dikonsumsi berlebihan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]