WAHANANEWS.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mulai melepas empat anak usaha non-bisnis inti sebagai bagian dari strategi perampingan dan fokus pada bisnis minyak dan gas (migas) serta energi baru dan terbarukan.
Langkah ini dilakukan untuk menyederhanakan portofolio sekaligus memperkuat sektor yang menjadi core business perusahaan.
Baca Juga:
Usai Danantara Suntik Modal Rp23,67 Triliun, 4 Hal Ini Wajib Dijalankan Garuda
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menyebutkan bahwa empat anak usaha tersebut akan dialihkan kepada BUMN yang bergerak di sektor yang sama.
Proses konsolidasi kini berada di bawah koordinasi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
“Sedang dilakukan proses konsolidasi terhadap empat sektor bisnis yang dimiliki Pertamina di bawah naungan Danantara,” ujar Agung dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Rabu (19/11/2025).
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Dukung Kebijakan Pemerintah Melalui Pertamax Green 95
Empat sektor yang dilepas Pertamina meliputi rumah sakit, perhotelan, maskapai penerbangan, dan asuransi.
Untuk sektor rumah sakit, Pertamina akan melepas PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Tahapan pengalihan saham IHC ke Danantara sudah berjalan.
Pada sektor perhotelan, anak usaha PT Patra Jasa yang mengelola sembilan hotel dan resort akan dilebur ke PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bagian dari holding pariwisata InJourney. “HIN sedang memimpin kajian untuk implementasi konsolidasi ini,” kata Agung.
Sektor penerbangan juga ikut dikonsolidasikan. Maskapai Pelita Air Service (PAS) akan bergabung di bawah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sementara itu, bisnis asuransi Pertamina—PertaLife Insurance dan Tugu Insurance—akan dilebur bersama Indonesia Financial Group (IFG).
“Ini bukan hanya Pertamina. Banyak perusahaan asuransi di ekosistem BUMN yang akan dikonsolidasikan secara bertahap,” ujar Agung.
Pertamina berharap langkah restrukturisasi ini dapat memperkuat fokus pada bisnis migas dan energi baru, serta menciptakan efisiensi dan sinergi di lingkungan BUMN.
Sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, Pertamina tetap menjaga performa keuangan dan operasional sepanjang 2025 meski dihadapkan pada tekanan ekonomi global.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa perusahaan mengimplementasikan “Dual Growth Strategy” untuk memaksimalkan bisnis konvensional sekaligus mempercepat transisi menuju energi rendah karbon.
Strategi ini disiapkan untuk mendukung swasembada energi, meningkatkan produksi migas, hingga memperluas energi bersih yang terjangkau masyarakat.
Produksi migas Pertamina tercatat stabil di atas 1 juta MBOEPD. Yield valuable kilang mencapai lebih dari 83 persen, penjualan menembus 100 juta KL, dan niaga gas bertahan di atas 300 juta MMBTU.
Simon menilai capaian tersebut sebagai bukti komitmen Pertamina menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung target Indonesia Emas 2045.
Ia juga mendorong percepatan pembahasan Revisi Undang-Undang Migas sebagai dasar hukum penting untuk swasembada energi.
“Dengan regulasi yang tepat, kita bisa mengubah tantangan menjadi peluang dan menjadikan energi sebagai pilar kedaulatan bangsa,” ujarnya.
Menurut Simon, langkah-langkah tersebut memperkuat posisi Pertamina sebagai pemimpin transisi energi menuju target Net Zero Emission 2060.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]