WahanaNews.co | Bos Tesla, Elon Musk, menugaskan seluruh eksekutifnya untuk berhenti membuka lowongan dan memecat sekitar 10 persen pegawainya.
Dilansir dari Reuters, penugasan kepada eksekutifnya di seluruh dunia ini dilakukan karena Elon memiliki firasat buruk terkait kondisi ekonomi dunia dalam waktu dekat.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Namun, pelepasan pegawai ini merupakan hal yang selalu terjadi setiap tahun di Tesla.
Pada akhir tahun 2021, Tesla tercatat memiliki sebanyak 99.290 pegawai di seluruh dunia.
Tesla memecat ratusan pegawai pada Oktober 2017, 9 persen staff dipecat pada Juni 2018, sekitar 7 persen dilepas pada Januari 2019 lalu memotong gaji pegawainya pada April 2020.
Baca Juga:
Agar Elon Musk Buka Kantor X di RI, Kominfo Atur Strategi
Kali ini Elon mengirim email ke seluruh eksekutifnya untuk menegaskan pegawai yang tidak kembali ke kantor setelah menjalani Work From Home (WFH) dianggap mengundurkan diri.
“Bagi pegawai yang tidak hadir ke kantor pada waktu yang ditentukan. Maka kami akan menganggap anda mengundurkan diri,” tulis Elon di emailnya dilansir dari The Verge pada Jumat (3/6/2022).
Dampak Pembelian Twitter?
Pemecatan yang dilakukan Elon diduga diakibatkan karena langkah Elon untuk membeli media sosial Twitter dengan mahar USD 44 miliar.
Dugaan ini muncul karena data penjualan mobil listrik jauh melampaui biaya produksi yang dikeluarkan Tesla.
Tesla mencatatkan keuntungan sebesar USD 3 miliar pada triwulan pertama tahun 2022.
Namun, meski memiliki peningkatan keuntungan yang signifikan, pabrik Tesla di China terancam harus ditutup akibat lockdown Covid-19 yang diterapkan pemerintah setempat.
Pengamat ekonomi, Daniel Ives, mengklaim penutupan pabrik Tesla di China akan mengurangi jumlah produksi mobil listrik tersebut secara signifikan. [rin]