WahanaNews.co | Plt Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional yang juga merupakan Co-Sherpa G20 Indonesia, Raden Edi Prio Pambudi, bersama Sherpa G20 Rusia, Svetlana Lukash, membahas hubungan kerjasama antara dua negara dan membahas topik-topik yang menjadi perhatian bersama pada forum G20.
Pembahasan tersebut dilakukan bersama dengan Duta Besar, Dian Triansyah Djani, di sela-sela pertemuan Sherpa ke-3 Presidensi G20 Italia di Kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) Roma, Italia, Senin (13/9/2021).
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Pembangunan Berkelanjutan dan Transisi Energi
"Presidensi G20 Indonesia akan mengadakan pertemuan Sherpa pertama yang direncanakan pada awal Desember secara fisik di Jakarta, setelah Presidensi G20 Italia yang akan berakhir pada 30 November 2021," ujar Raden Edi dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (15/9/2021).
Adapun Co-Sherpa Indonesia dan Rusia juga saling berbagi pandangan terhadap draft leaders declaration yang saat ini sedang dibahas dan diharapkan menjadi deliverables dari Presidensi G20 Italia, hingga inisiatif Presidensi G20 Indonesia untuk memasukkan isu industri dalam pembahasan G20.
G20 Leaders Declaration merupakan kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh para pemimpin G20 atas isu-isu yang sedang berkembang.
Baca Juga:
Prabowo Ungkap RI Pindahkan Ibu Kota Karena Naiknya Permukaan Laut Naik Tiap Tahun
Selain itu, perwakilan kedua negara juga sepakat bahwa forum G20 harus memiliki manfaat nyata yang dapat dirasakan baik oleh negara anggota maupun secara global.
Sementara itu, Lukash menyampaikan apresiasi atas hubungan kerjasama yang baik dengan Indonesia, serta keterlibatan aktif Indonesia dalam forum G20, sehingga akan mendukung sepenuhnya Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 dan menawarkan bantuan best practices dari Presidensi G20 Rusia terdahulu.
"Secara khusus, kami mengharapkan Presidensi G20 Indonesia 2022 dapat menghasilkan outcome yang konkrit serta memiliki rangkaian kegiatan yang teratur dan terorganisir dengan baik," ujar Lukash.
Dalam forum G20, Rusia pernah menjadi Presidensi pada tahun 2013, di mana KTT G20 dilaksanakan di St Petersburg dan menghasilkan beberapa kesepakatan, termasuk Rencana Aksi dalam Base Erosion and Profit Shifting (BEPS), serta rencana aksi St Petersburg dalam kebijakan makro, fiskal dan struktural serta investasi jangka panjang.
Dengan mengangkat tema utama Recover Together, Recover Stronger, Indonesia secara resmi akan menjadi Presidensi G20 mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022, sehingga pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia akan sangat bergantung pada situasi dan kondisi pengendalian Covid-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan, Pemerintah Indonesia akan menjalankan Presidensi G20 ini dengan mengoptimalkan manfaat bagi bangsa Indonesia, di bidang ekonomi, pembangunan sosial dan politik.
"Ini adalah momentum penting untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dan juga menjadikan Indonesia sebagai role model pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19," tegas Airlangga.
Dalam melaksanakan peran sebagai Presidensi G20, Indonesia akan melakukan koordinasi kebijakan global yang berkontribusi terhadap tata kelola dunia yang lebih seimbang, membuat G20 lebih adaptif terhadap krisis, dan memperjuangkan kepentingan nasional di forum global, melalui isu-isu terkait Transformasi Digital dan Ekonomi Inklusif. [dhn]