WahanaNews.co, Kuala Lumpur - Indonesia mendorong penyelesaian perundingan reviu ASEAN-India Trade in Goods Agreement (AITIGA) pada akhir 2025. Indonesia juga mendukung penyempurnaan perjanjian AITIGA yang lebih sederhana, mudah digunakan, dan makin mendukung
fasilitasi perdagangan.
Langkah ini diharapkan dapat membuka akses pasar yang lebih luas, serta meningkatkan pemanfaatan perjanjian AITIGA oleh pelaku usaha di ASEAN dan India.
Baca Juga:
Indonesia Apresiasi Kemajuan Capaian Prioritas Ekonomi ASEAN di Bawah Keketuaan Malaysia
Demikian disampaikan Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri yang hadir dalam Konsultasi ke-22 Menteri Ekonomi ASEAN-India (The 22nd ASEAN Economic Ministers/AEM-India Consultations) dengan pelaku usaha yang tergabung dalam Dewan Bisnis ASEAN-India (ASEAN-India
Business Council/AIBC), Jumat (26/9).
Konsultasi tersebut dilaksanakan dalam rangkaian pertemuan
AEM ke-57 pada 22—26 September 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.
“Indonesia menyambut baik kemajuan reviu AITIGA dan mendorong penyelesaiannya pada akhir 2025. Penyelesaian ini menjadi langkah penting untuk menjadikan AITIGA lebih ramah pengguna, sederhana, dan fasilitatif bagi dunia usaha. Dengan demikian, kita dapat menciptakan perdagangan yang lebih inklusif dan menguntungkan bagi semua pihak,” ujar Wamendag Roro.
Baca Juga:
Pimpin RCEP Ministers’ Meeting ke-4, Indonesia Tekankan Penguatan Implementasi Perjanjian RCEP
Dalam konsultasi ke-22 Menteri Ekonomi ASEAN-India tersebut, Wamendag Roro menyatakan bahwa Indonesia juga menyoroti pentingnya penyusunan lini masa dan rencana kerja (timeline dan work plan) yang jelas serta realistis, termasuk penyelesaian tiap bab perundingan secara bertahap.
Selain itu, Indonesia mengajak para pemangku kepentingan terkait untuk menggelar lebih banyak pertemuan antar-sesi guna menyelesaikan perundingan secara substansial pada akhir 2025.
Pada kesempatan yang sama, Wamendag Roro menekankan pentingnya mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas AITIGA. Saat ini, tingkat pemanfaatan tersebut masih relatif rendah, yaitu sekitar 16–27 persen di sisi India dan 33–38 persen di sisi ASEAN.