WahanaNews.co | Ekonom sekaligus Direktur Celios, Bhima Yudhistira, mengatakan, inflasi berisiko menyebabkan daya beli masyarakat mengalami penurunan.
Inflasi yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh gangguan rantai pasok, bukan karena naiknya permintaan masyarakat.
Baca Juga:
Kendalikan Inflasi, Kemendagri Minta Pemda Segera Beri Insentif Fiskal PBBKB
"Yang dikhawatirkan, setelah inflasi tinggi maka berujung pada stagflasi, yakni output produksi dan kesempatan kerja menurun. Inflasi juga meningkatkan garis kemiskinan sehingga orang yang tadinya masuk kategori kelas menengah, turun menjadi orang miskin baru," ujar Bhima kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (17/9/2022).
Selain itu, inflasi akan menyebabkan naiknya tingkat suku bunga acuan dan banyak sekali masyarakat maupun pelaku usaha akan mengalami kenaikan bunga pinjaman.
Pemerintah diminta untuk mengantisipasi dampak inflasi.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
"Sebaiknya pemerintah mulai lakukan beberapa relaksasi seperti penurunan tarif PPN (pajak pertambahan nilai) dari 11% menjadi 8% agar harga barang di level konsumen lebih rendah. Kemudian berikan subsidi bagi transportasi umum," ungkapnya.
Pengendalian stok pangan pun sebut dia, tidak kalah urgen.
Dibutuhkan data komprehensif untuk melakukan pengendalian itu, terutama di daerah.
"Di sini pentingnya pendataan sampai adanya neraca pangan per kabupaten/kota, hingga memangkas rantai pasok yang terlalu panjang," tandas Bhima. [gun]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.