WahanaNews.co | SwissCham Indonesia menyoroti pentingnya pelaksanaan pertanian berkelanjutan di Indonesia. Hal ini berkenaan dengan berbagai aspek mulai dari ekosistem darat hingga produksi dan konsumsi, sebagai salah satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.
SDGs sendiri merupakan komitmen Nasional dan Global untuk mencapai kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia. Pentingnya Pertanian Berkelanjutan mengemuka dalam diskusi panel dengan topik "Shaping the Future of Indonesia's Agriculture through Collaborations and Technology Innovations" SwissCham Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Salah satu pembicaraan dalam diskusi itu, CEO Koltiva Manfred Borer berpandangan, upaya digitalisasi pertanian di Indonesia adalah cara yang bisa ditempuh.
Di samping itu, mekanisasi pertanian juga dapat menjadi pilihan. Digitalisasi bersama inovasi di bidang pertanian, sebut Presiden Direktur Syngenta Indonesia Kazim Hasnain, mampu mengurangi efek emisi rumah kaca dari dunia pertanian.
Kazim mengungkapkan, 40 persen emisi rumah kaca datang dari dunia pertanian. Dalam prosesnya, misalnya, dunia pertanian menghasilkan gas metana.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
"Emisi gas metana ini yang harus dikurangi melalui inovasi dan teknologi," sebutnya.
Sementara Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestlé Indonesia Syahrudi menyoroti pentingnya mengajak petani dalam pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan harus membawa keuntungan lebih dan kesejahteraan bagi petani.
"Tanpa ada peningkatan kesejahteraan, tidak mungkin petani ikut ambil bagian dari pertanian berkelanjutan," tuturnya.
Lantas, keberlangsungan pertanian berkelanjutan di Indonesia, menurut Head of Switzerland Economic Cooperation and Development, Embassy of Switzerland for Indonesia Philipp Orga, sama artinya dengan meningkatkan daya saing produk Indonesia di dunia.
"Kita semua bersama-sama mencari solusi holistik untuk pertanian berkelanjutan di Indonesia," pungkas Philipp. [eta]