WahanaNews.co | Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kazakhstan alias Atameken menyatakan kerugian total akibat kerusuhan massal di Kazakhstan berjumlah lebih dari Rp3 triliun.
Sebelumnya Menteri Dalam Negeri Kazakhstan, Yerlan Turgumbayev mengatakan, para penjarah merampok lebih dari 100 fasilitas perdagangan dan bank besar di Kazakhstan selama terjadinya kerusuhan massal di negara itu sejak akhir pekan lalu. Kerugian awal berjumlah lebih dari 87 miliar tenge (lebih dari Rp2,86 triliun).
Baca Juga:
Setiap Hari 10.000 Warga Rusia Kabur ke Georgia Gara-gara Putin
“Jumlah total kerusakan, menurut perkiraan kasar kami, lebih dari 92,3 miliar tenge (Rp3 triliun),” ungkap Atameken dalam sebuah pernyataan dikutip kantor berita Sputnik, Minggu (9/1/2022).
Organisasi yang memayungi para pengusaha tersebut menyatakan, dari total kerugian yang dialami sektor perdagangan Kazakhstan dalam kerusuhan, sekitar 90,7 miliar tenge terdapat di Kota Almaty, pusat keuangan di negara bekas Uni Soviet itu.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, telah memerintahkan aparat keamanan untuk menembak para perusuh tanpa peringatan.
Baca Juga:
Wamendag Bidik Kazakhstan untuk Kembangkan Potensi Perdagangan
Dia menegaskan, siapa pun yang menyebabkan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban di negara itu bakal “dibasmi”.
Dia menuturkan, ada 20.000 “bandit” yang menyerang Almaty, kota terbesar di negara itu.
“Mereka menghancurkan properti negara,” kata Tokayev dalam pidato yang disiarkan televisi setempat, Jumat (7/1/2022).
Aksi protes massa mengguncang Kazakhstan sejak Minggu (2/1/2022) lalu. Warga menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair yang ditetapkan pemerintah.
Demonstrasi pada awalnya bermula di bagian barat negara itu, namun menyebar ke Almaty dan Ibu Kota Kazakhstan, Nur-Sultan.
Aksi itu pun kemudian berubah menjadi kerusuhan yang diwarnai dengan penjarahan di berbagai tempat fasilitas.
Aksi protes yang melanda Kazakhstan kali ini adalah yang terburuk sejak negara itu merdeka dari Uni Soviet.
Belasan aparat keamanan tewas. Suasana di sejumlah kota utama Kazakhstan pun mencekam.
Wartawan Reuters di Almaty mengatakan, kediaman presiden Kazakhstan dan kantor wali kota Almaty telah dibakar massa.
Pada Kamis (6/1/2022) sore, bandara kota, yang sebelumnya direbut oleh pengunjuk rasa, kini berada di bawah kendali kuat personel militer.
Sementara mobil-mobil yang terbakar tampak berserakan di jalan-jalan.