WAHANANEWS.CO, Jakarta - Secara sistem kelistrikan nasional, Provinsi Aceh telah terhubung dengan jaringan listrik Sumatera melalui backbone tegangan tinggi.
Konektivitas ini menjadi fondasi penting bagi pemerataan energi di wilayah barat Indonesia.
Baca Juga:
Percepat Pemulihan Kelistrikan Pasca Bencana Aceh, Tim PLN UID Jakarta Raya Tuntaskan 38 Aktivitas Recovery
Namun, di tingkat rumah tangga desa, proses menghadirkan listrik secara merata masih terus berjalan seiring dengan tantangan geografis dan pembangunan infrastruktur distribusi.
Untuk memastikan masyarakat desa tetap mendapatkan akses listrik selama proses tersebut, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyalurkan 1.000 unit genset ke 224 desa di Aceh yang jaringan listrik permanennya masih dalam tahap pembangunan dan pemulihan.
Pengiriman genset dilakukan dari Baseops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (27/12/2025), dengan dukungan TNI Angkatan Udara.
Baca Juga:
Akses Sulit Tak Jadi Hambatan, Operasi Udara Perkuat Listrik Desa Aceh
Langkah ini merupakan bagian dari strategi transisi agar kebutuhan listrik dasar warga desa tetap terpenuhi.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa secara sistem, kelistrikan Aceh telah terkoneksi dengan baik.
Tantangan yang dihadapi saat ini lebih pada pembangunan jaringan tegangan rendah yang membutuhkan waktu, ketelitian teknis, serta kesiapan infrastruktur pendukung.
“Secara tegangan tinggi, listrik Aceh sudah terhubung. Backbone Sumatera, kemudian Arun, Bireuen, sampai Nagan Raya semuanya sudah ter-connected,” ujar Bahlil.
Ia menjelaskan, pembangunan jaringan distribusi ke rumah warga memerlukan penyesuaian kondisi lapangan, terutama di wilayah dengan medan sulit dan daerah yang masih terdampak banjir.
“Untuk jaringan rendahnya, memang ada daerah-daerah yang belum bisa kita masuki karena infrastrukturnya belum selesai dan sebagian wilayah masih tergenang. Ini bukan persoalan suplai listrik, tapi tahapan pembangunan jaringan,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM dan PLN, terdapat 224 desa di Aceh yang hingga kini masih dalam proses penyambungan listrik. Desa-desa tersebut tersebar di 10 kabupaten, antara lain Aceh Tamiang, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.
“Dalam catatan kami, ada 224 desa yang sedang dalam proses penyelesaian jaringan listrik. Ini berada di wilayah-wilayah yang infrastrukturnya memang membutuhkan waktu untuk dituntaskan,” ujar Bahlil.
PLN sebagai pelaksana teknis kelistrikan nasional terus melakukan pemetaan dan percepatan pembangunan jaringan. Dari hasil koordinasi, tercatat sekitar 35 ribu rumah tangga di Aceh yang masih menunggu penyambungan listrik permanen.
“Kami rapat dengan PLN karena data detail desa dan rumah tangga itu ada di PLN. Kurang lebih ada sekitar 35 ribu rumah yang masih dalam proses untuk mendapatkan akses listrik,” tutur Bahlil.
Menurut dia, pengiriman genset ini bukan pengganti program listrik desa yang dijalankan PLN, melainkan solusi sementara agar aktivitas masyarakat tidak terhenti selama pembangunan berlangsung.
“Atas arahan Bapak Presiden, kami mengoptimalkan seluruh kekuatan negara. Genset ini menjadi solusi transisi sambil PLN menyelesaikan pembangunan jaringan distribusi permanen,” katanya.
Sementara itu, Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Erwin Sugiandi mengatakan, pengiriman dilakukan menggunakan lima pesawat Hercules yang masing-masing mengangkut 200 unit genset.
“Hari ini lima pesawat Hercules diberangkatkan. Dua menuju Lhokseumawe, dua ke Rembele, dan satu ke Banda Aceh,” jelas Erwin.
Langkah kolaboratif antara Kementerian ESDM, PLN, dan TNI AU ini mencerminkan komitmen negara dalam menghadirkan listrik desa secara bertahap dan berkelanjutan.
Bagi PLN, proses elektrifikasi desa bukan sekadar target angka, melainkan kerja teknis yang harus disesuaikan dengan kondisi alam dan keselamatan jaringan.
Dengan dukungan genset sementara, diharapkan warga desa tetap dapat menikmati listrik sembari menunggu jaringan permanen benar-benar menyala.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]