WahanaNews.co | Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyambut positif usulan Kementerian Perdagangan agar usaha kecil menengah (UKM) bisa memanfaatkan kargo jalur udara sebagai alternatif biaya pengapalan yang tinggi.
Namun, pengiriman melalui jalur udara tidak bisa digunakan oleh semua jenis produk mebel.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
Meski memiliki keunggulan dari sisi kecepatan pengiriman, Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur, mengatakan, pengiriman mebel jalur udara mempunyai keterbatasan ukuran ruang.
Ekspor produk mebel Indonesia didominasi barang berukuran besar yang dikirim dalam bentuk bulk.
“Rata-rata pengiriman dari Jawa Timur bisa mencapai 4.000 kontainer per bulan. Sementara satu pesawat setidaknya hanya bisa memuat 1 atau 2 kontainer dalam sekali penerbangan,” kata Abdul, Minggu (3/10/2021).
Baca Juga:
Gawat! Korban PHK di Indonesia Tembus 64 Ribu, 3 Sektor Utama Paling Terdampak
Namun, dia meyakini, alternatif ini bisa dimanfaatkan untuk pengiriman produk dengan ukuran lebih kecil.
Termasuk mebel dengan karakteristik bongkar pasang atau untuk produk UKM lainnya seperti makanan dan minuman.
“Ini ide yang logis, terutama untuk produk-produk berukuran lebih kecil seperti mebel yang knockdown atau makanan dan minuman,” tambahnya.
Kenaikan biaya pengapalan sendiri telah dirasakan industri mebel sejak akhir 2020, terutama untuk pengiriman lintas benua seperti ke Amerika Serikat dan Eropa.
Biaya pengapalan kontainer berukuran 40 kaki untuk tujuan Amerika Serikat per Agustus 2021 mencapai US$ 21.500 menurut data yang dihimpun HIMKI.
Biaya tersebut naik 838 persen dibandingkan dengan Agustus 2020 sebesar US$ 4.000 per kontainer.
“Untuk rute China, negara Asia lain dan Asia Tenggara tidak terlalu signifikan karena perdagangan dua arah masih terjadi. Sementara pengapalan lintas benua naik sampai 900 persen,” tambahnya. [qnt]