"Implementasi kerja sama yang akan dilakukan antara PLN, IP, PJB, dan IBC pada 2022 adalah dengan membentuk kerja sama operasi untuk pilot project BESS sebesar lima megawatt," kata Evy.
Setelah melakukan proyek percontohan, kerja sama operasi itu diharapkan dapat langsung diimplementasikan pada program pengurangan pembangkit tenaga diesel milik PLN.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Di sisi lain, Direktur Keuangan IBC Bernardi Djumiril menyambut positif kerja sama antara IBC dan grup PLN yang akan mengakselerasi pengembangan BESS di Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan perusahaan untuk dapat menghasilkan baterai yang berkualitas tinggi dengan harga yang lebih murah.
"Pengembangan dan risetnya harus dibangun sedemikian rupa, sehingga pengembangan BESS dapat terakselerasi dengan baik dan tepat guna," jelas Bernardi.
Sebagai anak usaha PLN, IBC melihat framework pengembangan teknologi saat ini sudah terbentuk dengan grup PLN. Melalui kerja sama, maka visi IBC untuk menciptakan industri baterai yang terintegrasi dari hulu ke hilir dapat terealisasi lebih cepat.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Grup PLN mengelola PLTS maupun PLTB yang sangat vital untuk menguji keandalan baterai dari hasil riset ini nantinya," kata Benardi.
Di samping penandatangan nota kesepahaman dengan IBC, pada waktu yang sama PLN juga menggandeng Korea Electric Power Corporation (KEPCO) dan True Digital Leader (TDL) untuk kerja sama pembangunan negara energi hijau di kedua negara melalui penelitian dan implementasi BESS, Tabung Listrik (Talis), dan peak shaving pada bidang energi terbarukan.
Melalui kerja sama tersebut, PLN, KEPCO, dan TDL akan melakukan proof of concept dan penelitian bisnis BESS sebagai integrasi energi terbarukan dan mengurangi konsumsi daya pada jaringan PLN.