WahanaNews.co | Jagung adalah salah satu tanaman pangan sekaligus komoditi penting selain padi. Jagung banyak diolah menjadi berbagai hidangan lezat dan bergizi, misalnya dibakar, direbus, maupun olahan lainnya.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, ada berbagai macam cara menanam jagung. Salah satunya adalah menanam jagung dengan sistem tanpa olah tanah (TOT).
Baca Juga:
Rencana Pengembangan Jagung Pipil: Bantuan Kementan RI untuk Pemkab Pidie
Tanpa olah tanah maksudnya adalah cara penanaman tanpa perlakuan persiapan lahan, seperti pembalikan dan penggemburan tanah terlebih dahulu. Dalam sistem TOT, hanya diperlukan lubang untuk membenamkan benih ke dalam tanah.
Keuntungan menanam jagung dengan sistem TOT antara lain dapat mempercepat waktu tanam, biaya produksi rendah, dan produksinya lebih bagus dari sistem olah tanah sempurna (OTS).
Selain itu, dalam sistem TOT, pembasmian gulma tidak dengan pengolahan tanah melainkan dengan menggunakan herbisida sistemik. Dengan demikian, tekstur tanah tidak terganggu dan kelembapan tanah lebih stabil untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Baca Juga:
Pemkab Gorontalo: Penyaluran Bantuan Benih Jagung Dilakukan Secara Bertahap
Berikut cara menanam jagung dengan sistem TOT.
1. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membasmi gulma. Apabila menggunakan herbisida untuk rumput atau gulma pada lahan tanpa olah tanah sebaiknya menggunakan herbisida sistemik.
Herbisida sistemik mematikan gulma hingga ke akarnya. Takaran bahan aktif herbisida per liter air tercantum pada label pembungkus.
Dosis herbisida yang digunakan tergantung ketebalan rumput atau gulma. Akan tetapi, umumnya digunakan dosis 3 liter per hektar.
Pada tiga sampai empat hari setelah aplikasi herbisida, kontrol kembali gulma yang belum terkena semprotan.
2. Penanaman
Satu minggu setelah penyemprotan gulma dilanjutkan dengan penanaman di atas bedengan tanam selebar 1 sampai 2 meter.
Penanaman dilakukan dengan tugal 1 sampai 2 biji per lubang. Selanjutnya, lubang tanam langsung ditutup dengan pupuk kandang agar mudah ditembus kecambah tanaman.
Fungsi lain pupuk kandang selain sebagai penutup lubang juga sebagai pupuk dari tanaman yang baru tumbuh.
Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 1 tanaman per lubang atau 75 cm x 40 cm, 2 tanaman per lubang dengan populasi sebanyak 53.000 sampai 66.000 tanaman per hektar. Penanaman dilakukan dengan tugal dan mengunakan tali agar jarak tanam sesuai ukuran yang diinginkan.
Satu minggu setelah tanam dilakukan penyulaman pada lubang tanam yang tidak tumbuh.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh dengan subur dan berproduksi optimal. Pemupukan didasarkan atas kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
Pupuk yang umum digunakan adalah pupuk tunggal yaitu pupuk urea sebagai pupuk N, pupuk SP-36 sebagai pupuk P, dan pupul KCl sebagai pupuk K.
Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu saat umur tanaman 10 dan 35 hari setelah tanam (HST) pada jenis tanah yang didominasi liat.
Kemudian, pemupukan dilakukan tiga kali saat umur 7 sampai 10 HST, 28 sampai 30 HST, dan 40 sampai 45 HST pada tanah yang didominasi pasir. Pemupukan ketiga menggunakan bagan warna daun (BWD) untuk menentukan kebutuhan nitrogen tanaman.
Takaran pupuk tunggal per hektar yang umum digunakan adalah 350 kg pupuk urea, 200 kg pupuk SP-36, dan 100 kg pupuk KCl. Adapun takaran pupuk majemuk per hektar yang digunakan adalah 400 kg pupuk NPK 15-15-15, 270 kg pupuk urea, dan 80 kg pupuk SP-36.
Jumlah unsur nitrogen yang dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman ditentukan melalui pembacaan BWD pada umur tanaman 42 sampai 45 HST.
4. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan saat gulma mulai tumbuh dengan menggunakan cangkul atau alat penyiang lainnya. Pengendalian gulma juga bisa dilakukan dengan menggunakan herbisida selektif tanaman jagung.
Herbisida selektif khusus untuk gulma pada tanaman jagung tersebut ada yang berbahan aktif tunggal, yaitu ametri dan herbisida berbahan aktif ganda yaitu campuran atrazin dan mesotrion.
Cara aplikasi herbisida selektif pada tanaman jagung disemprotkan pada pertanaman jagung pada umur 7 sampai 14 hari setelah tanam.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung seperti hama penggerek batang, ulat tongkol, kutu daun, belalang, dan tikus, serta penyakit seperti bule, karat, hawar daun, dan hawar pelepah.
Cara pengendaliannya bisa dengan menggunakan insektisida, rodentisida, dan fungisida atau bakterisida. Penggunaan pertisida harus tepat sasaran dengan mengamati jenis hama dan gejala seragan hama dan penyakit pada tanaman jagung.
6. Panen
Jagung mulai berbunga setelah 50 hari. Sepuluh hari sebelum panen utama, sebaiknya dilakukan panen jagung muda.
Pada masa ini akan tumbuh dua tongkol jagung, petik tongkol yang paling bawah. Pemanenan tongkol muda dimaksudkan agar asupan nutrisi pada tongkol utama tercukupi, sehingga hasilnya maksimal.
Selain memetik tongkol muda, pangkas daun bagian bawah sebanyak 2 sampai 3 helai. Apabila muncul kembali tunas-tunas buah muda sebelum panen utama, petiklah sebagai panen tambahan.
Panen utama budidaya jagung manis bisa dilakukan setelah tanaman berumur 65 sampai 75 hari. Hasil panen yang diperoleh dari budidaya jagung manis bisa mencapai 17 sampai 22 ton per hektar. [eta]