WahanaNews.co | Harga cabai rawit di pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, kembali merangkak naik dari Rp 30.000 menjadi Rp 45.000 per kilogram.
Kenaikan harga diduga akibat masih minimnya stok di tingkat petani, kenaikan juga terjadi pada cabai merah.
Baca Juga:
Pelindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Kepala UPTD Pasar Induk Pasir Hayam Cianjur, Doni Wibowo saat dihubungi Sabtu, mengatakan untuk stok cabai rawit dan cabai merah masih aman hingga beberapa bulan ke depan, namun minimnya stok membuat harga merangkak naik dua pekan setelah lebaran.
"Untuk stok aman meski minim, sehingga berdampak terjadinya kenaikan harga. Minggu lalu harga cabai rawit sempat turun Rp 30.000 per kilogram dan cabai merah juga naik dari Rp 30.000 menjadi Rp 35.000 per kilogram," katanya.
Ia menjelaskan untuk harga daging sapi masih tinggi namun tingkat penjualan normal, daging sapi dijual Rp 140.000 per kilogram.
Baca Juga:
Menuju Satu Dekade Memberi Manfaat, Pemerintah Terus Dorong KUR untuk Usaha Produktif
Sedangkan daging ayam mulai turun mendekati harga normal dari Rp 36.000 menjadi Rp 31.000 per kilogram.
"Setiap hari kami terus memantau harga kebutuhan pangan, terutama menjelang hari raya kurban. Perkiraan harga kebutuhan pangan akan kembali merangkak naik menjelang hari raya kurban, namun tidak akan sampai melambung," katanya.
Pedagang daging di Pasar Induk Pasirhayam Cianjur, mengatakan hingga dua pekan setelah lebaran harga daging sapi masih tinggi, namun tidak mengurangi angka penjualan.
Setiap hari rata-rata pedagang masih dapat menjual lebih dari 200 kg daging.
"Setelah hari raya tingkat penjualan masih normal meski harga daging masih tinggi. Untuk stok masih aman sampai lebaran kurban. Terkait penyakit kuku dan mulut yang melanda hewan ternak, tidak mempengaruhi penjualan," kata pedagang daging Rahman.
Ia menjelaskan kesehatan dan kelayakan daging yang dijual di pasar tersebut sangat terjamin karena berasal dari peternak dan rumah potong hewan yang mendapat pengecekan dari dinas terkait.
Ditambah selama ini, hewan ternak untuk dipotong berasal dari Cianjur, bukan dari luar daerah. [Tio]