WAHANANEWS.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memperingatkan bahwa minuman manis seperti soda dan teh kemasan berisiko lebih tinggi menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas dibandingkan nasi putih.
Pelaksana Sementara Ketua Harian YLKI, Indah Sukmaningsih, menegaskan bahwa minuman manis mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa memberi manfaat gizi.
Baca Juga:
Kritik Pedas YLKI: Kebijakan Harga Tiket Taman Nasional 100-400% Justru Bunuh Minat Wisatawan
“Minuman manis seperti soda atau teh kemasan mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa memberi manfaat gizi,” ujar Indah dalam keterangan pers YLKI, dikutip Kamis (29/8/2024).
Indah menjelaskan, meskipun nasi putih memiliki indeks glikemik tinggi, namun tidak mengandung gula tambahan dan masih memberikan karbohidrat sebagai sumber energi.
Namun, konsumsi rutin minuman manis dikaitkan erat dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2. Oleh karena itu, masyarakat disarankan mengurangi konsumsi kedua jenis makanan ini untuk menjaga kesehatan.
Baca Juga:
Kandungan Pestisida Anggur Shine Muscat Viral, YLKI Tegaskan Pentingnya Pengawasan Ekstra
Mengganti minuman manis dengan air putih atau teh tanpa gula serta mengganti nasi putih dengan karbohidrat yang lebih sehat seperti nasi merah atau quinoa adalah pilihan yang lebih baik.
YLKI juga menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk menyehatkan masyarakat Indonesia, termasuk kebijakan fiskal seperti cukai, regulasi ketat, dan kampanye edukasi masif.
Menurut YLKI, pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) adalah solusi efektif untuk mengubah perilaku konsumsi gula di masyarakat.
Indah menambahkan bahwa meskipun minuman berpemanis hanya menyumbang 4 persen dari total konsumsi gula nasional, penting untuk tetap mengendalikan produk tersebut.
Pengenaan cukai akan mendorong produsen untuk menyesuaikan kadar gula dalam produk mereka, sehingga mengurangi konsumsi gula berlebih dan mencegah peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di masa depan.
YLKI juga merespons peta jalan yang diusulkan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), yang mengusulkan pengendalian gula, garam, dan lemak (GGL) sebagai alternatif pengenaan cukai MBDK.
YLKI menilai, langkah ini tetap memerlukan kebijakan fiskal yang tegas untuk mendorong perubahan perilaku konsumsi yang diharapkan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]