WahanaNews.co | Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III sebesar 5,72% year on year (yoy) atau 1,81% month to month (mtm).
Bahlil menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara G20. Akan tetapi untuk di kawasan Asean, Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam.
Baca Juga:
Kelulusan S3 Bahlil Lahadalia Ditangguhkan Universitas Indonesia
"Kuartal III 2022 itu tumbuh 5,72% salah satu terbaik di negara-negara G20 namun di Asia Tenggara kita harus mengakui pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Vietnam lebih baik dari kita, tapi dari G20 kita lebih baik dari teman-teman lain," ungkap Bahlil dalam acara The Introduction to G20 Bali Compendium & The Launch of Sustainable Investment Guidelines di Intercontinental, Bali, Senin (14/11/2022).
Menurut Bahlil, pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tak lepas dari peranan investasi. Sebab nilai investasi dan ekspor mengalami kenaikan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
"Investasi naik, ekspor naik. Artinya faktor pendukung hulu pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi harus dipandang bagian terpenting urat nadi proses pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, kompetitif, dan pendapatan negara," terang Bahlil
Baca Juga:
Daftar Lengkap Pengurus DPP Partai Golkar Periode 2024–2029
Bahlil memaparkan, realisasi investasi di kuartal III mencapai Rp 307,8 triliun. Angka tersebut tumbuh 1,9 persen jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada kuartal II-2022 yang nilainya sebesar Rp 302,2 triliun.
Sedangkan secara akumulasi total Januari hingga September nilainya sudah mencapai Rp 892,4 triliun atau74,4 persen dari target Rp 1.200 triliun.
Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa inflasi Indonesia hingga Oktober 2022 masih terkendali berada di level 5,71 persen (yoy) dan 1,66 (mtm). Menurutnya hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah yang melakukan pendekatan mitigasi di luar kelaziman.
"Pendekatan untuk mitigasi agar tak lagi ada lonjakan inflasi yang dilakukan pemerintahan Jokowi di luar kelaziman teori ekonomi. Biasanya inflasi begitu dia naik maka yang melakukan aksi adalah BI lewat instrumen moneter. Tapi kali ini tidak cukup," pungkasnya. [sdy]