Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan dalam menjalankan transisi energi PLN juga harus memastikan keterjangkauan biaya oleh masyarakat ( affordability), keamanan pasokan listrik ( security), dan keberlanjutan lingkungan ( sustainability) atau konsep trilema energi. Untuk bisa memenuhi prinsip penting ini, maka upaya transisi energi perlu dilakukan dengan kehati-hatian dan bertahap.
Ket foto: Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan, Wiluyo Kusdwiharto dalam paparannya menjelaskan dalam menjalankan transisi energi PLN juga harus memastikan aspek affordability, security, dan sustainability atau konsep trilema energi. Untuk bisa memenuhi prinsip penting ini, maka upaya transisi energi perlu dilakukan dengan kehati-hatian dan bertahap. [WahanaNews.co/PLN]
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
“Pembangkit EBT ini harus dibangun secara bertahap, untuk menggantikan pembangkit fosil yang masih kita miliki. Pembangkit EBT punya karakteristik yang berbeda. Masih bersifat intermitten, maka peralihan ke energi bersih perlu dilakukan dengan bertahap supaya trilema energi ini dapat kita penuhi,” ungkap Wiluyo.
Untuk bisa menjawab tantangan pemerataan akses listrik dari sumber EBT dan affordability, PLN saat ini mengembangkan Green Enabling Transmision Line, di mana kekuatan transmisi dan jaringan distribusi sangat penting dalam pengembangan EBT di Indonesia.
“Sehingga kita bisa memanfaatkan potensi EBT yang mayoritas berada di luar Jawa untuk bisa dimanfaatkan dan dirasakan oleh seluruh masyarakat di Indonesia," tambah Wiluyo.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Tidak hanya itu, PLN juga tengah berupaya melakukan dekarbonisasi dari sektor hulu salah satunya adalah pembatalan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 13,3 GW yang sebelumnya sudah direncanakan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028.
“Kemudian kita mengganti 1,1 GW PLTU kita dengan pembangkit EBT, kemudian 800 MW PLTU dengan pembangkit Gas. Kemudian kita sudah mengganti pemakaian batu bara di 41 PLTU kita dengan produk Biomassa kita dari total 52 PLTU,” tambahnya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]