WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di ujung utara Sulawesi, dua pulau terpencil Lipang dan Laotongan dulu hanya mengenal malam sebagai kegelapan tanpa ujung.
Berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, kehidupan di dua pulau itu nyaris terhenti begitu matahari terbenam.
Baca Juga:
Cetak Rekor, PLN Indonesia Power Catat Penjualan Listrik 83.082 GWh Sepanjang 2024
Sumber penerangan hanya bersumber dari lampu minyak dan genset yang menyala sebentar, memaksa warga menyelesaikan semua aktivitas sebelum langit gelap total.
Namun, perubahan besar akhirnya datang menghampiri, diantar angin laut dan komitmen pemerintah lewat PLN.
Harapan hidup yang lebih baik mulai bersinar dengan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kedua pulau tersebut bukan hanya sekadar infrastruktur, melainkan titik awal masa depan baru yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga:
Cetak Rekor, PLN Indonesia Power Catat Penjualan Listrik 83.082 GWh Sepanjang 2024
Dua pembangkit hijau yang dibangun di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara ini adalah PLTS Lipang dengan kapasitas 93 kilowatt peak (kWp) dan PLTS Laotongan dengan kapasitas 180 kWp.
Kedua pembangkit tersebut merupakan bagian dari 47 PLTS tersebar di 47 desa pada 11 provinsi yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis, (03/07/2025).
Dengan akses yang hanya dapat dilalui menggunakan jalur laut selama 12 jam dari Kota Manado, tantangan geografis tak menyurutkan semangat PLN untuk memberikan akses energi kepada seluruh masyarakat di dua pulau tersebut.
Pada tahap awal, 180 rumah tangga di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan telah menikmati listrik 24 jam.
Salah satunya adalah Nur Mandak, ibu tiga anak yang merupakan penduduk asli Pulau Lipang.
Dirinya tak henti-hentinya meneteskan air mata bahagia saat pertama kali menyalakan lampu di rumahnya.
"Akhirnya kami bisa merasakan listrik untuk pertama kalinya di rumah kami. Sebelumnya, cahaya di sini berasal dari lampu botol sederhana dengan bahan bakar minyak tanah. Kini anak-anak bisa belajar hingga malam," ungkapnya.
Bukan hanya Nur Mandak, Alfret Salatang yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan, warga Pulau Laotongan juga menyampaikan rasa syukurnya karena listrik PLN telah masuk ke pulau yang berbatasan dengan Filipina.
Penuh haru ia mengungkapkan bahwa hadirnya listrik melalui PLTS ini dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarganya.
Menurut Alfret, adanya listrik kini semakin memudahkan dirinya dalam beraktivitas dan meningkatkan pendapatan nelayan di wilayah Kepulauan Sangihe.
"Dulu kita cuma bisa tangkap ikan sebanyak 15-20 kilo, karena harus langsung habis dimakan atau dijual. Tapi setelah adanya listrik, kita bisa gunakan kulkas, bisa tambah hasil tangkapan untuk disimpan dan dijual jadi pendapatan juga bertambah," ucap Alfret.
Apresiasi juga datang dari Bupati Kepulauan Sangihe, Michael Thungari. Dirinya mengatakan, setelah hadirnya listrik hijau di wilayahnya, kini akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan aktivitas ekonomi menjadi lebih mudah dijangkau oleh masyarakat setempat.
"Sebelum adanya listrik, kami sangat terbatas dalam segala hal. Tetapi setelah hadirnya listrik, pertama nelayan kami bisa menyimpan hasil tangkap perikanannya. Kedua, anak-anak kami bisa belajar di waktu malam. Ketiga, kesehatan kami, secara teknologi juga bisa dinikmati," ujar Michael.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa PLN berkomitmen menghadirkan listrik untuk seluruh masyarakat di Indonesia, tak terkecuali yang berada di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
Darmawan menegaskan bahwa swasembada dan keadilan energi merupakan prinsip utama yang diusung PLN, sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
"PLN berkomitmen untuk menghadirkan listrik bersih dan andal untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia," ujar Darmawan.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (UID Suluttenggo), Usman Bangun menyampaikan, pembangunan PLTS sebagai pembangkit di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan merupakan solusi ramah lingkungan untuk melistriki dua lokasi dengan tantangan geografis tersendiri.
Selain pembangunan dua PLTS tersebut, PLN juga membangun jaringan distribusi untuk mengaliri listrik ke seluruh pelanggan.
"Agar suplai listrik untuk masyarakat Pulau Lipang dan Pulau Laotongan terus andal, kami juga membangun 1,62 kilometer sirkuit (kms) Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan 2,32 kms Jaringan Tegangan Rendah (JTR) serta 3 buah trafo distribusi dengan total kapasitas 150 kilovolt ampere (kVA) yang menghubungkan listrik dari PLTS ke pelanggan. Kami percaya bahwa listrik adalah fondasi utama kemajuan, baik untuk pendidikan, kesehatan, maupun peningkatan ekonomi masyarakat," ucap Usman.
Kehadiran listrik tenaga surya di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan bukan sekadar memberi terang di malam hari.
Ia membawa harapan baru, membuka peluang untuk pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, meningkatkan perekonomian, dan memberi ikatan serta menunjukkan kehadiran negara untuk seluruh masyarakat di wilayah terluar Indonesia.
Di balik tiap kilowatt energi hijau yang dihasilkan, tersimpan cerita tentang perjuangan dan mimpi yang kini mulai terwujud, menyinari masa depan, menyongsong hari-hari yang lebih cerah (Seremoadver).
[Redaktur: Ajat Sudrajat]