WahanaNews.co | PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN mengklaim mampu memproduksi 96 ribu listrik hijau hingga Februari lalu. Listrik hijau tersebu dari teknologi co-firing lewat pencampuran serbuk kayu hingga sampah (biomassa) dengan batu bara pada 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Penggunaan teknologi co-firing di PLTU merupakan salah satu upaya kami dalam mengurangi emisi di sektor kelistrikan, di samping menambah pembangkit baru yang berasal dari energi baru terbarukan," kata Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN Wiluyo Kusdwiharto dalam keterangan resmi, Rabu (30/3).
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Sepanjang tahun lalu saja, total emisi karbon yang berhasil ditekan melalui co-firing mencapai 268 ribu ton karbondioksida. Sementara hingga Februari tahun ini, perseroan mampu menekan emisi gas buang hingga 96 ribu ton melalui co-firing.
Wiluyo menyatakan pencapaian tersebut menjadi bukti keseriusan perusahaan dalam mendukung program transisi energi bersih menuju zero carbon pada 2060.
"Teknologi ini bukan hanya sekedar pengurangan emisi, tetapi ada unsur ekonomi sirkular yang mengolah limbah menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan meningkatkan efisiensi," ujarnya.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Lebih lanjut, ia mengklaim bahwa co-firing tidak memerlukan investasi besar untuk membangun pembangkit energi listrik yang baru. Dengan begitu, keberadaan PLTU masih bisa digunakan dengan optimal.
"Program ini ditargetkan rata-rata menggunakan 10-20 persen dari kapasitas PLTU PLN untuk co-firing atau sekitar 2.700 megawatt," katanya.
Ke depan, ia menargetkan co-firing dapat diperluas kegunaannya hingga 52 PLTU. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan Perhutani dan PTPN untuk memasok 10,2 juta ton biomassa guna menggantikan 10 persen kebutuhan batu bara di PLTU.