Namun, menurut Rosan, negosiasi antara pemerintah Indonesia dan LG telah berlangsung terlalu lama tanpa hasil konkret. "Negosiasi ini sudah berlangsung lima tahun. Kami ingin semuanya berjalan cepat, tidak bisa dibiarkan terus tanpa kepastian," tegasnya.
Sementara itu, pihak dari China, Huayou, menunjukkan keseriusan untuk segera menanamkan investasi di bidang yang sama.
Baca Juga:
Honda-LG Bekerja Sama Produksi Baterai Kendaraan Listrik
"Kami melihat Huayou lebih cepat dan siap untuk realisasi investasi. Jadi, itu menjadi salah satu pertimbangan kuat," kata Rosan.
Surat keputusan pemutusan kerja sama dikirim langsung oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia kepada CEO LG Chem dan LG Energy Solution.
Rosan menjelaskan, "Surat itu diterbitkan karena kami melihat minat serius dari Huayou yang ingin segera masuk dan mendukung percepatan program hilirisasi baterai."
Baca Juga:
LG dan BUMN Punya Proyek Raksasa Rp 142 Triliun
Padahal sebelumnya, konsorsium LG telah melakukan kerja sama awal dengan pemerintah dan BUMN untuk membangun rantai pasok baterai EV, dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor, bahan katoda, hingga pembuatan sel baterai.
Namun, dinamika global turut memengaruhi arah keputusan LG.
Sumber industri dari Korea Selatan mengungkapkan bahwa keputusan LG dipengaruhi oleh perlambatan permintaan kendaraan listrik di pasar global.