WahanaNews.co | Saat ini pemerintah sedang menggencarkan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Meski dari segi populasi tidak sebanyak kendaraan konvensional, namun diharapkan dengan adanya ragam keringanan yang diberikan, bisa mendongkrak pertumbuhan kendaraan listrik.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB) Universitas Indonesia (UI) pun mengulas perilaku konsumen Indonesia di era modern, termasuk dalam hal penggunaan kendaraan listrik.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Pihaknya pun melakukan survei kepada 1.000 responden di seluruh Indonesia. Hasilnya, sebagian besar responden ada keinginan untuk membeli mobil listrik.
“Hanya saja melihat waktunya masih wait and see. Jadi, kita katakan dalam middle term, dalam rentang waktu 1 sampai 4 tahun. Mungkin mereka lihat dulu dari perkembangan teknologi, supply chainnya dan teknologi baterai,” Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis LPEM Universitas Indonesia Khoirunurrofik, dalam webinar Toyota Indonesia, akhir pekan lalu.
Untuk jenis kendaraan listrik yang akan dipilih, sebanyak 66 persen konsumen yang belum memiliki mobil listrik akan memilih jenis HEV (Hybrid Electric Vehicle).
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Sementara 28 persen responden memilih PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), dan sebanyak 23 persen memilih BEV (Battery Electric Vehicle).
“Pertimbangan dalam memiliki mobil listrik berdasarkan harga pembelian (4,01 persen), jarak tempuh (3,95 persen) dan waktu pengisian (3,67 persen). Sementara untuk ramah lingkungan tidak terlalu menjadi pertimbangan karena angkanya paling kecil hanya 2,8 persen,” kata Rofik.
Berdasarkan data tersebut, pihaknya juga memproyeksi penjualan kendaraan listrik pada tahun 2035 bisa mencapai 1,3 juta kendaraan bermotor dengan proyeksi 10 persen, dengan catatan jika tidak ada insentif yang diberikan.
“Kalau ada insentif (PPNBM, PKB, dan BBNKB), diproyeksikan bisa sampai 34 persen, di mana BEV 6 persen, hybrid (HEV) 19 persen, jadi konsumen beralih ke hybrid lumayan besar dan menjadi potensi yang baik untuk dikelola,” ucap Rofik.
Adapun jika ICE (bensin) diberikan disinsentif yang lebih besar, maka total proyeksinya lebih tinggi lagi yaitu 37,3 persen. [qnt]