WahanaNews.co | Guna menekan emisi karbon dan meningkatkan bauran energi bersih, PT PLN (Persero) melakukan program dedieselisasi atau konversi sekitar 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD ) yang saat ini masih beroperasi di sejumlah wilayah, khususnya di wilayah terpencil.
PLTD ini nantinya akan dikonversi ke pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), pembangkit gas, maupun integrasi dengan grid nasional.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menegaskan, program dedieselisasi ini menjadi program kunci dalam peta jalan yang telah disusun oleh Kementerian ESDM guna menekan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mencapai target net zero emission (NZE) 2060.
"Program dedieselisasi ini menjadi langkah kecil dari PLN, tetapi akan menjadi lompatan besar bagi pencapaian target pemerintah menuju NZE 2060," ujar Arifin di Seminar Renewable Energy Technology as Driver for Indonesia's de-dieselization, Rabu (23/03/2022).
Dia pun mengapresiasi tiga skema yang telah disiapkan PLN dalam melaksanakan program dedieselisasi. Terutama skema integrasi sistem yang sebelumnya ditopang oleh PLTD ke dalam sistem kelistrikan utama PLN.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Saya punya mimpi, bagaimana Indonesia membangun transmisi untuk menghubungkan setiap pulau yang ada. Sehingga listrik dapat menjadi pemersatu bangsa, tentunya dengan sumber EBT," imbuhnya.
Senada, Direktur Mega Proyek PLN Wiluyo Kusdwiharto mencatat, pada tahap pertama pihaknya mengkonversi PLTD sebesar 212 megawatt menjadi hybrid berupa pembangkit listrik tenaga surya dan battery energy storage system (BESS).
"Dalam tahap pertama direncanakan sekitar 212 megawatt PLTD di sekitar 183 lokasi akan dikonversi menjadi hybrid dengan PLTS dan battery energy storage system," ujar Wiluyo.