WahanaNews.co | Kementerian Perdagangan menunjukkan peran aktif dalam rangkaian Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Perdagangan dan Investasi (Trade and Investment Working Group/TIWG) G20 India 2023 yang berlangsung di Mumbai, India pada 28-30 Maret 2023 untuk menindaklanjuti kesuksesan Presidensi G20 Indonesia 2022.
Pada pertemuan ini, Indonesia mendorong hasil-hasil konkret Presidensi G20 Indonesia untuk memastikan perdagangan dan investasi dapat berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi inklusif, pencapaian target pembangunan berkelanjutan (SDGs), penciptaan lapangan kerja, serta alih teknologi.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
“Indonesia mengharapkan rangkaian Pertemuan G20 TIWG Presidensi India 2023 dapat melanjutkan capaian konkret hasil dari penyelenggaraan G20 Trade, Industry, and Investment Working Group (TIIWG) Presidensi G20 Indonesia 2022,” ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono di tempat terpisah.
Pada pertemuan ini, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional diwakili Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Reza Pahlevi Chairul sekaligus memimpin delegasi Indonesia.
Dalam pertemuan dimaksud, Delegasi Indonesia mencakup unsur perwakilan dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Perindustrian.
Baca Juga:
Gawat! Korban PHK di Indonesia Tembus 64 Ribu, 3 Sektor Utama Paling Terdampak
Reza mengungkapkan, sebagai tuan rumah G20, India menyoroti situasi global yang masih menghadapi tantangan berat. Ini mengingat masih rentannya pemulihan ekonomi global pascapandemi yang diperburuk dengan meningkatnya eskalasi geopolitik.
“Kenaikan tingkat inflasi, ancaman ketahanan pangan dan energi global, disrupsi pada rantai nilai dan pasok, serta tingginya biaya hidup di banyak negara menjadi permasalahan utama yang menjadi fokus Presidensi G20 India,” terangnya.
Reza menyebut, Indonesia sebagai Negara Troika memiliki peran sentral dalam mendorong arah diskusi G20 India tahun ini. Indonesia memandang, banyak keselarasan antara isu prioritas yang diangkat India dengan isu prioritas G20 Indonesia tahun lalu.
Tahun ini Presidensi G20 India mengangkat empat isu prioritas. Pertama, kontribusi perdagangan untuk pencapaian kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.
Kedua, rantai nilai global (global value chains/GVCs) yang inklusif dan tangguh. Ketiga, mendorong integrasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di perdagangan global melalui peningkatan daya saing dan produktivitas UMKM. Keempat, kerja sama mengembangkan ekosistem logistik melalui paperless trade secara komprehensif.
“Isu pertama yang didorong India pada TIWG dipandang melanjutkan capaian Presidensi G20 Indonesia. Isu ini menekankan bahwa perdagangan dan investasi berperan sebagai mesin pertumbuhan yang memiliki kontribusi signifikan terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama pengentasan kemiskinan dan penurunan kesenjangan. Selain itu, koordinasi kebijakan hambatan perdagangan nontarif, terutama dalam hal proteksi terhadap lingkungan dan perubahan iklim sangatlah penting agar tidak menjadi hambatan terselubung dalam perdagangan,” jelas Reza.
Reza menambahkan, penguatan rantai nilai global sebagai sarana untuk meningkatkan alih teknologi dan sumber daya, serta memfasilitasi investasi dari negara maju ke negara berkembang menjadi fokus utama yang didorong Indonesia untuk isu kedua TIWG.
“Indonesia juga menekankan bahwa sektor industri merupakan bagian penting dari rantai nilai global yang memegang peran penting dalam meningkatkan nilai tambah masing-masing negara. Di samping itu, peluang yang ditawarkan oleh transformasi teknologi digital berperan strategis dalam kerja sama meningkatkan digitalisasi dalam fasilitasi perdagangan,” kata Reza.
Reza memaparkan, India kembali mengangkat agenda prioritas dalam mendorong kerja sama G20 untuk meningkatkan integrasi UMKM dalam perdagangan global.
Anggota G20 terus mengupayakan agar UMKM dapat berpartisipasi lebih ke dalam perdagangan global di tengah berbagai keterbatasan yang menghambat mereka.
“Indonesia memandang pentingnya peningkatan akses finansial, akses pasar, dan akses teknologi bagi UMKM untuk lebih terintegrasi dalam perdagangan global. G20 perlu terus mendukung pengembangan kapasitas serta asistensi teknis bagi UMKM untuk peningkatan produktivitas serta daya saing, terutama dalam mempersiapkan UMKM untuk lebih terintegrasi dalam perdagangan internasional, maupun berperan lebih dalam rantai nilai global. Peningkatan kapasitas digital bagi UMKM tidak hanya berfokus dalam melakukan aktivitas penjualan produk melalui e-commerce, namun juga mendorong UMKM untuk melakukan transformasi strategi bisnis,” pungkas Reza. [jp/jup]