WAHANANEWS.CO, Jakarta – Memasuki usia 130 tahun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) melakukan rebranding dengan memperbarui citra serta identitas visual perusahaan. Langkah ini diambil sebagai upaya memperluas segmen nasabah, tidak hanya terbatas pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta masyarakat pedesaan, tetapi juga menjangkau masyarakat perkotaan hingga korporasi besar.
Pimpinan Cabang BRI Jakarta Menara BRILiaN, Marco Arief Pramudita, mengatakan keputusan rebranding tersebut didasarkan pada sejumlah hasil riset independen. Studi yang dilakukan oleh Nielsen, Kantar, dan Kadence menunjukkan bahwa BRI perlu melakukan pembaruan identitas agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Baca Juga:
Masuki 130 Tahun BRI Rebranding Strategis, Targetkan Milenial hingga Korporasi
“Riset menunjukkan bahwa BRI masih sangat kuat dengan citra kerakyatan, namun di sisi lain muncul persepsi sebagai bank yang ‘tua’ di kalangan masyarakat urban dan generasi muda. Selain itu, layanan digital yang ada dinilai belum cukup aspiratif dan menarik,” ujar Marco.
Ia menjelaskan, riset tersebut juga mengungkap lemahnya koneksi emosional antara BRI dengan segmen anak muda. Identitas merek dinilai belum sepenuhnya sejalan dengan ekspektasi generasi Z, terdapat ketidaksinambungan antarsubbrand, serta arsitektur merek yang belum konsisten dan terstruktur, sehingga tingkat pertimbangan BRI di segmen urban masih relatif rendah.
Melalui pembaruan citra ini, BRI berharap persepsi publik dapat bergeser, dari yang semula dikenal sebagai bank yang fokus melayani masyarakat kecil dan kurang terlayani, menjadi bank universal yang dapat melayani seluruh lapisan masyarakat.
Baca Juga:
Korupsi Rp1,4 Miliar BRI Cilodong, Kejari Kota Depok Tangkap Pegawai MA
“Tujuan besarnya adalah menjadi bank yang lebih modern, inklusif, dan dekat dengan milenial. Kami ingin kuat tidak hanya di pedesaan, tetapi juga di perkotaan. Tidak hanya melayani masyarakat kecil, tetapi juga seluruh segmen,” jelasnya, Rabu (17/12/2025).
Meski melakukan perluasan segmen, Marco menegaskan BRI tetap menjadikan UMKM sebagai bisnis utama. Saat ini, sekitar 60 persen portofolio nasabah BRI berasal dari sektor UMKM. Ke depan, porsi tersebut akan dijaga pada kisaran 40–50 persen, seiring dengan pertumbuhan segmen lainnya.
“BRI akan tetap menjadi bank UMKM. Berbagai program pemerintah tetap dijalankan melalui BRI, mulai dari Makan Bergizi Gratis, program 3 juta rumah, Koperasi Desa Merah Putih, hingga penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR),” tegasnya.