WahanaNews.co | Pemerintahan Kolombia mengatakan tujuh orang polisi tewas dan satu lagi terluka setelah kendaraan yang ditumpangi terkena ledakan di Kolombia barat, Jumat (2/9/2022).
Insiden itu menjadi serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan di Kolombia sejak Presiden Gustavo Petro menjabat pada 7 Agustus lalu dan berjanji akan mengakhiri konflik yang telah berlangsung 60 tahun.
Baca Juga:
Putra Presiden Kolombia Ditangkap Terkait Kasus Dugaan Pencucian Uang
"Saya menolak dengan tegas serangan dengan peledak di San Luis, Huila," kata Petro di Twitter, seraya mengatakan ada delapan orang tewas, tetapi kemudian dikoreksi.
"Tindakan ini jelas-jelas menyabotase perdamaian total," katanya.
Petro, mantan pemberontak M-19, telah menjanjikan "perdamaian total" dengan melanjutkan perundingan bersama pemberontak sayap kiri ELN dan mengajukan kembali kesepakatan damai 2006 yang ditolak oleh bekas gerilyawan FARC yang membangkang.
Baca Juga:
Jasad 2 Penumpang Gelap Ditemukan Ketika Servis Pesawat di Kolombia
FARC atau Angkatan Bersenjata Revolusi Kolombia adalah kelompok pemberontak yang membubarkan diri pada 2017.
Petro juga berunding dengan geng-geng kriminal agar mereka menyerahkan diri dengan imbalan pengurangan hukuman.
Kepolisian nasional dan kejaksaan agung mengatakan pada Jumat malam bahwa tujuh polisi, tiga di antaranya berusia 20 tahun ke bawah, tewas dan satu terluka.
Kendaraan yang mereka tumpangi terkena ledakan, menurut kepolisian.
Petro berangkat ke Kota Neiva dengan menteri pertahanan dan pejabat lainnya untuk menggelar pertemuan keamanan setelah serangan terjadi.
Dia tidak menyebut siapa pelaku serangan itu, tetapi para pembangkang FARC masih beroperasi di daerah tersebut, menurut sumber-sumber keamanan.
Mereka mengaku memiliki 2.400 orang petempur dan menolak kesepakatan damai yang dinegosiasikan oleh pemimpin mereka sebelumnya, menurut pemerintah.
Beberapa pemimpin pemberontak telah terbunuh baru-baru ini.
Konflik di Kolombia yang melibatkan pemerintah, pemberontak sayap kiri, paramiliter sayap kanan dan penyelundup narkoba telah menewaskan sedikitnya 450.000 orang pada 1985-2018 saja. [rsy]