WahanaNews.co | Buntut dari invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina, oposisi Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan aksi Gerakan pemimpin Alexei Navalny.
Aksi tersebut menyerukan agar warga Rusia melancarkan gerakan pembangkangan nasional di negara itu untuk menolak invasi di Ukraina, Senin (28/2).
Baca Juga:
Presiden Rusia Ucapkan Selamat kepada Prabowo-Gibran di Pemilu 2024
"Putin menyerukan perang ke Ukraina dan mencoba membuat semua orang berpikir Ukraina diserang oleh Rusia, yang mana, oleh kita semua. Namun itu tidak benar," tulis kubu Navalny dalam akun Twitter mereka, Senin (28/2), sebagaimana dilansir Reuters.
"Kita harus menunjukkan kita tidak mendukung perang. Kami mengajak warga Rusia untuk menunjukkan pembangkangan sipil. Jangan diam saja," ungkapnya.
Navalny, oposisi terkuat Putin, dipenjara pada 2021 kala ia kembali ke Rusia setelah sempat berada di Jerman. Menurut kubu Barat, Navalny dikatakan sempat akan diracun di Siberia.
Baca Juga:
Presiden Ukraina Katakan Rusia Hantam Supermarket dan Tewaskan 48 Orang
Meski demikian, Rusia membantah melakukan serangan tersebut.
Sejak itu, otoritas Rusia terus bersikap represif kepada oposisi. Sejumlah tokoh oposisi kunci juga pergi ke pengasingan karena pemerintah mengklaim mereka sebagai 'agen asing.'
Sementara itu, kelompok OVD-Info yang memantau protes dan penangkapan di Rusia menyatakan, ada 6.006 orang yang ditangkap dalam demo anti-perang. Demo ini muncul setelah Rusia memutuskan menginvasi Ukraina pada 27 Februari lalu.
Putin mengklaim invasi ini merupakan operasi khusus untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" negara itu.
Namun, Ukraina dan negara Barat membantah tuduhan itu, menilainya sebagai propaganda tak berdasar. [bay]