WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan Timur Tengah melonjak ke level berbahaya setelah Amerika Serikat mengerahkan kapal induk bertenaga nuklir kedua ke kawasan, di tengah memanasnya perang antara Iran dan Israel.
Langkah ini diambil karena Washington khawatir konflik tersebut akan lepas kendali dan memicu perang regional berskala besar.
Baca Juga:
Trump makin keras terhadap Iran, sebut Ayatollah Khamenei Sebagai ‘Target Mudah’
Kapal induk USS Nimitz, yang membawa sembilan skuadron udara dan dikawal lima kapal perusak, telah meninggalkan Laut China Selatan menuju Laut Arab.
Di sana, kapal ini akan bergabung dengan kelompok penyerang kapal induk USS Carl Vinson yang sudah lebih dulu siaga.
Di Mediterania, dua kapal perusak AS dilaporkan bergerak mendekati wilayah Israel.
Baca Juga:
AS Veto Rencana Israel Bunuh Khamenei di Tengah Perang Terbuka
Sementara itu, pemerintah AS memberikan izin kepada keluarga personel militer di pangkalan-pangkalan Timur Tengah untuk pulang demi keselamatan mereka.
Perang yang pecah sejak Jumat lalu telah menewaskan lebih dari 200 orang di Iran dan lebih dari 20 di Israel.
Situasi ini memperburuk ketegangan yang sudah tinggi sejak berbulan-bulan lalu, terutama setelah serangkaian dukungan keras Presiden AS Donald Trump terhadap agresi militer Israel di Gaza.
Trump sendiri menyampaikan pesan ambigu kepada publik.
“Sudah waktunya untuk mencapai kesepakatan,” katanya, namun menambahkan bahwa kedua negara mungkin harus “bertarung habis-habisan terlebih dahulu.”
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Senin menyatakan bahwa pengerahan kekuatan tambahan telah diperintahkan ke kawasan.
Ia tidak menyebutkan secara spesifik jenis kekuatan tersebut, tetapi laporan Reuters mengindikasikan mobilisasi besar-besaran armada pengisian bahan bakar dan unit tempur.
“Melindungi pasukan AS adalah prioritas utama kami dan pengerahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan postur pertahanan kami di kawasan tersebut,” tulis Hegseth di platform X.
Di tengah meningkatnya dukungan Trump terhadap Israel, mantan presiden itu juga menolak rencana Tel Aviv untuk menargetkan pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Namun, pernyataan kerasnya kepada rakyat Iran memicu kekhawatiran lebih besar.
“Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Saya sudah mengatakannya berulang kali! Semua orang harus segera mengevakuasi Teheran!” seru Trump melalui Truth Social.
Ketegangan ini juga mendorong kapal perang tertua Angkatan Laut AS, USS Nimitz, kembali ke garis depan.
Meski dijadwalkan pensiun pada 2026, kapal ini masih menjadi raksasa laut yang ditakuti.
Berukuran hampir 1.100 kaki dan ditenagai reaktor nuklir, kapal induk kelas Nimitz mampu beroperasi hingga 20 tahun tanpa perlu isi ulang bahan bakar.
Krisis ini bukan sekadar duel dua negara, tetapi bisa menjadi titik api bagi perang dunia baru.
Dunia menahan napas, menanti apakah Washington akan terlibat lebih jauh atau menarik diri sebelum semuanya terlambat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]