WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah mencapai titik didih. Serangan terbuka antara Israel dan Iran mengguncang kawasan, dengan risiko meluasnya perang ke level internasional.
Di balik layar, keputusan mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menolak rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Baca Juga:
Diam-diam Bantu Israel, AS Tembak Jatuh Rudal Iran Lewat Laut dan Udara
Donald Trump memveto secara langsung rencana Israel untuk menargetkan Khamenei dalam sebuah operasi pembunuhan yang bersifat rahasia. Hal itu diungkap oleh seorang pejabat senior AS kepada kantor berita AFP, Minggu (15/6/2025).
“Kami mengetahui bahwa Israel punya rencana untuk menyerang pemimpin tertinggi Iran. Presiden Trump menentangnya dan kami memberi tahu Israel untuk tidak melakukannya,” kata pejabat tersebut, yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Fox News, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memilih untuk tidak memberikan konfirmasi atas laporan tersebut.
Baca Juga:
Kirim Marinir ke Los Angeles, Trump Malah Picu Kekacauan Lebih Parah
“Saya tidak akan membahas itu,” ucap Netanyahu singkat. Namun ia menambahkan, “Saya bisa bilang, kami akan melakukan apa yang perlu kami lakukan, dan saya yakin Amerika Serikat tahu apa yang baik untuk Amerika Serikat.”
Konflik terbuka antara Israel dan Iran terus meluas. Minggu malam, kedua negara saling menembakkan rudal, membuat warga sipil di berbagai kota terpaksa mencari perlindungan. Ledakan terdengar mengguncang langit Yerusalem, sementara sistem pertahanan udara Iran diaktifkan di Teheran.
Ini menjadi kali pertama kedua negara melancarkan serangan militer secara langsung dan terbuka dengan skala sebesar ini. Sebelumnya, permusuhan mereka berlangsung lewat perang bayangan, pertempuran proksi, hingga operasi rahasia lintas batas.
Situasi ini memicu kekhawatiran global akan potensi konflik berkepanjangan di kawasan Timur Tengah yang sudah rentan.
Akar ketegangan terbaru bermula sejak Jumat (13/6/2025), ketika Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan sejumlah tokoh penting Iran, termasuk komandan militer, ilmuwan nuklir, serta menghancurkan pangkalan militer dan fasilitas strategis lainnya.
Netanyahu bersumpah akan membalas setiap kematian warga sipil Israel. Ia mengklaim pasukannya telah berhasil membunuh Kepala Intelijen Iran, Mohammad Kazemi, beserta wakilnya dalam serangan udara di jantung Teheran.
“Kami baru saja mendapatkan kepala intelijen dan wakilnya di ibu kota Iran,” kata Netanyahu kepada Fox News.
Meski hubungan AS dan Israel dikenal sangat erat, Trump tampak mengambil posisi lebih hati-hati. Ia menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak ikut campur dalam operasi militer tersebut.
“Amerika Serikat saat ini tidak terlibat dalam aksi militer itu,” kata Trump kepada ABC News. “Tetapi, ada kemungkinan kami bisa terlibat.”
Lebih lanjut, Trump menyampaikan bahwa AS siap menggunakan seluruh kekuatan dan kewibawaannya bila kepentingan nasionalnya diserang Iran.
Tak hanya itu, Trump juga mengungkap keterbukaannya terhadap inisiatif diplomasi damai.
Ia bahkan mendukung peran Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai mediator untuk mendorong gencatan senjata dan menyepakati solusi politik.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]