WahanaNews.co | Kematian akibat banjir bandang di Pakistan telah melampaui 1.000 jiwa sejak pertengahan Juni lalu.
Pejabat tinggi Pakistan menyebut, hujan deras yang turun di Pakistan belakangan ini merupakan bukti perubahan iklim yang serius, memicu bencana.
Baca Juga:
29 Orang Meninggal Akibat Cuaca Hujan dan Badai Petir di Pakistan
Banjir bandang akibat hujan lebat telah menyapu desa-desa dan berbagai wilayah di Pakistan, sebagaimana dilansir AP, Minggu (28/8/2022).
Tentara dan tim penyelamat diterjunkan untuk mengevakuasi penduduk dan menyediakan makanan bagi ribuan orang Pakistan yang telantar.
Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan melaporkan, musim hujan di negara tersebut datang pada pertengahan Juni, lebih awal dari biasanya.
Baca Juga:
Asif Ali Zardari Terpilih Sebagai Presiden ke-14 Pakistan dalam Pemilu 2024
Manajemen Bencana Nasional Pakistan menuturkan, korban tewas akibat banjir bandang mencapai 1.061 jiwa di berbagai provinsi.
Sherry Rehman, seorang senator Pakistan, mengatakan dalam sebuah video di Twitter bahwa Pakistan sedang mengalami bencana iklim yang serius, salah satu yang paling sulit dalam dekade ini.
“Kami saat ini berada di titik nol dari garis depan peristiwa cuaca ekstrem, dalam gelombang panas yang tak henti-hentinya, kebakaran hutan, banjir bandang, peristiwa banjir, dan sekarang monsun monster dekade ini sedang melanda tanpa henti,” ucap Rehman.
Pernyataan di depan kamera itu di-retweet oleh Duta Besar Pakistan untuk Uni Eropa.
Pada Sabtu (28/8/2022) malam, banjir dari dari Sungai Swat menyapu Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Puluhan ribu orang, terutama di Distrik Charsadda dan Nowshehra dievakuasi dari rumah mereka ke kamp-kamp bantuan yang didirikan di gedung-gedung pemerintah.
Juru Bicara Pemerintah Provinsi Khyber Pakhtunkhwa Kamran Bangash mengatakan, banyak juga yang berlindung di pinggir jalan.
Bangash mengatakan, sekitar 180.000 orang telah dievakuasi dari Charsadda dan 150.000 dievakuasi dari desa-desa di Distrik Nowshehra.
Musim hujan yang tak biasa telah memengaruhi keempat provinsi di Pakistan. Hampir 300.000 rumah hancur, banyak jalan tidak dapat dilalui, dan pemadaman listrik telah meluas.
Rehman mengatakan kepada TRT World bahwa apa yang terjadi di Pakistan saat ini merupakan krisis global.
“Dan tentu saja kita akan membutuhkan perencanaan yang lebih baik dan pembangunan berkelanjutan di lapangan,” ucap Rehman.
Sebelumnya, pada Mei, Rehman telah mengatakan kepada BBC Newshour bahwa utara dan selatan negara itu menyaksikan peristiwa cuaca ekstrem karena kenaikan suhu bumi.
Pemerintah telah mengerahkan tentara untuk membantu otoritas sipil dalam operasi penyelamatan dan bantuan di seluruh negeri.
Perdana Menteri Pakistan Shabaz Sharif mengunjungi korban banjir di Kota Jafferabad di Baluchistan. Dia berjanji pemerintah akan menyediakan perumahan bagi semua orang yang kehilangan rumah. [qnt]