WahanaNews.co | PBB merasa ngeri dengan laporan terkait tewasnya 35 warga sipil, dan tubuh mereka dibakar di Myanmar. Penduduk setempat dan kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan pelaku pembantaian itu adalah militer yang berkuasa.
Dua pekerja untuk kelompok nirlaba Save the Children masih hilang setelah kendaraan mereka termasuk di antara beberapa yang diserang dan dibakar dalam insiden di negara bagian Kayah timur.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Sebuah kelompok pemantau krisis Myanmar dan media lokal juga menyalahkan pasukan junta atas serangan mengerikan tersebut.
"Saya mengutuk insiden menyedihkan ini dan semua serangan terhadap warga sipil di seluruh negeri," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Selasa (28/12/2021).
Dia menyerukan penyelidikan menyeluruh dan transparan.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta Februari. Menurut kelompok pemantau lokal, lebih dari 1.300 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan junta.
Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) telah bermunculan di seluruh negeri untuk melawan junta, dan telah menarik militer ke dalam kebuntuan berdarah dalam bentrokan dan pembalasan.
Pada hari Sabtu, foto-foto muncul di media sosial yang dimaksudkan untuk menunjukkan dua truk yang terbakar dan sebuah mobil di jalan raya di kota Hpruso di negara bagian Kayah, dengan sisa-sisa jasad manusia hangus di dalamnya.
Seorang anggota kelompok PDF lokal mengatakan para milisinya telah menemukan kendaraan itu Sabtu pagi atau pada Hari Natal. Sebelumnya dia mendengar militer telah menghentikan beberapa kendaraan di Hpruso setelah bentrokan dengan para milisi PDF di dekat lokasi serangan itu pada hari Jumat.
“Ketika kami pergi untuk memeriksa di daerah pagi ini, kami menemukan mayat dibakar di dua truk. Kami menemukan 27 mayat," katanya kepada AFP tanpa menyebut namanya, hari Sabtu.
"Kami menemukan 27 tengkorak," kata saksi lain yang tidak mau disebutkan namanya, dan mengatakan ada mayat lain yang tidak bisa dihitung.
Save the Children mengatakan pada Sabtu malam bahwa dua staf Myanmar mereka telah "terjebak" dalam insiden itu dan hilang.
Keduanya telah melakukan perjalanan pulang setelah melakukan pekerjaan kemanusiaan di wilayah tersebut. Setelah kejadian tragis itu, mereka memilih menangguhkan pekerjaan di beberapa wilayah.
Junta Myanmar sebelumnya mengatakan pasukannya telah diserang di Hpruso pada hari Jumat setelah mencoba menghentikan tujuh mobil yang dikemudian dengan cara yang mencurigakan.
"Pasukan telah membunuh sejumlah orang dalam bentrokan berikutnya," juru bicara junta, Zaw Min Tun, kepada AFP, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kelompok pemantau The Myanmar Witness mengatakan telah mengonfirmasi laporan media lokal dan laporan saksi dari milisi lokal bahwa 35 orang termasuk anak-anak dan wanita dibunuh dan dibakar oleh militer pada 24 Desember di kota Hpruso.
Menurut kelompok itu, data satelit juga menunjukkan kebakaran terjadi sekitar pukul 13.00 siang pada hari Jumat di Hpruso. [qnt]