WahanaNews.co | Sebanyak
22 orang tewas dalam pertempuran maut antara petani dan pengembala Arab, yang
dipicu persoalan tanah terjadi di Chad tengah.
Baca Juga:
Bentrokan Antarsuku di Papua Nugini Tewaskan Puluhan Warga
"Konflik itu dipicu oleh sengketa tanah antara dua
komunitas, dengan satu pihak ingin masuk dan pihak lain ingin menghentikan
mereka," kata Gubernur Provinsi Hadjer-Lamis, Amina Kodjiana, kepada AFP,
Senin (9/8/2021).
Dia mengatakan bahwa pertempuran, yang pecah pada hari Sabtu
waktu setempat itu, terjadi antara penduduk Boulala melawan pengembara Arab di
desa Zohana, 200 kilometer (120 mil) timur ibu kota N"Djamena.
"18 orang lainnya terluka", katanya.
Baca Juga:
2 Tersangka Bentrokan di Bitung Kembali Ditangkap Polda
Kekerasan antarkomunitas biasa terjadi di Chad tengah dan
selatan. Diketahui banyak penduduk memiliki senjata.
Ketegangan antara petani pribumi yang menetap dan
penggembala Arab nomaden di Sahel yang gersang telah memanas selama
bertahun-tahun, kadang-kadang meletus menjadi bentrokan mematikan.
Sebagian besar kekerasan mengikuti skenario yang sama: yaitu
penggembala, kadang-kadang melintasi perbatasan dari Sudan, menggiring ternak
mereka ke ladang petani, merusak tanaman dan memicu konfrontasi antara
masyarakat.
"Kami telah memenangkan kepala adat dari dua komunitas
untuk mengakhiri konflik yang berulang ini secara pasti," kata Kodjiana.
Juru bicara pemerintah Abdramane Koulamallah mengatakan
aparat dikerahkan untuk "menjaga ketertiban".
Koulamallah mengatakan pihak berwenang bergerak untuk
"benar-benar melucuti senjata warga sipil,". Dia menambahkan bahwa
"para pihak yang berperang telah mendamaikan perbedaan mereka dan
ketenangan telah sepenuhnya kembali ke daerah itu," jelasnya. [dhn]