WahanaNews.co | Pasukan Taliban menembakkan semprotan merica ke sekelompok wanita pengunjuk rasa yang menuntut hak atas pekerjaan dan pendidikan di ibu kota Afghanistan, Kabul, Minggu (16/1/2022).
Sekitar 20 wanita berkumpul di depan Universitas Kabul, meneriakkan "kesetaraan dan keadilan" dan membawa spanduk bertuliskan "Hak-hak perempuan, hak asasi manusia".
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
Namun, protes itu kemudian dibubarkan oleh para pejuang Taliban yang tiba di tempat kejadian dengan beberapa kendaraan, kata tiga pengunjuk rasa wanita kepada AFP, seperti dikutip dari Arab News.
“Ketika kami berada di dekat Universitas Kabul, tiga kendaraan Taliban datang, dan pejuang dari salah satu kendaraan menggunakan semprotan merica pada kami,” kata seorang pengunjuk rasa, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Mata kanan saya mulai terasa panas. Saya memberi tahu salah satu dari mereka 'memalukan Anda', dan kemudian dia mengarahkan pistolnya ke saya,” lanjut pengunjuk rasa itu.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
Dua pengunjuk rasa lainnya mengatakan bahwa salah satu wanita harus dibawa ke rumah sakit setelah semprotan menyebabkan reaksi alergi pada mata dan wajahnya. Seorang koresponden AFP melihat seorang pejuang menyita ponsel seorang pria yang merekam demonstrasi tersebut.
Taliban telah melarang protes tanpa sanksi dan sering melakukan intervensi untuk membubarkan demonstrasi menuntut hak-hak perempuan. Taliban juga telah memblokir karyawan sektor publik wanita untuk kembali bekerja, banyak sekolah menengah masih belum dibuka kembali untuk anak perempuan, dan universitas negeri ditutup.
Perjalanan jarak jauh bagi perempuan yang tidak didampingi kerabat dekat laki-laki telah dilarang. Pihak berwenang juga telah mengeluarkan pedoman yang mencegah saluran televisi menyiarkan serial yang menampilkan aktor perempuan.
Sementara itu, banyak perempuan hidup dalam persembunyian, takut akan rezim yang terkenal melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama masa kekuasaan pertama mereka antara 1996-2001, sebelum digulingkan oleh invasi pimpinan Amerika Serikat. [qnt]