WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam ketegangan yang terus meningkat antara India dan Pakistan, rudal jelajah supersonik BrahMos kembali menjadi sorotan dunia.
Beberapa waktu lalu, rudal andalan India ini digunakan dalam Operasi Sindoor yang menghancurkan salah satu pesawat pengintai canggih milik Pakistan di Pangkalan Udara Bholari.
Baca Juga:
India Klaim Rontokkan Pesawat AWACS Pakistan dalam Serangan Presisi
Serangan presisi itu memamerkan bukan hanya kekuatan militer India, tetapi juga kecanggihan teknologi BrahMos yang menjadi andalan baru dalam konflik kawasan.
Rudal ini, hasil kolaborasi antara India dan Rusia, mampu melesat hingga Mach 2.8 atau sekitar 3.000 kilometer per jam.
Dengan hulu ledak seberat 200 kilogram dan kemampuan menghindari radar lewat penerbangan rendah serta teknologi siluman, BrahMos menjadi senjata strategis yang menakutkan.
Baca Juga:
Tiga Alasan Strategis di Balik Dukungan Israel terhadap India: Dari Terorisme hingga Geopolitik
“Kecepatan dan kemampuan manuver BrahMos membuatnya hampir mustahil untuk dicegat. Ini bukan sekadar senjata, tapi pesan kekuatan,” ujar analis militer asal India, Brigjen (Purn) Ramesh Mahajan kepada The Indian Express.
Indonesia Masuk Radar Pembeli
Menariknya, ketertarikan terhadap BrahMos juga datang dari Indonesia.
Dalam pernyataan resmi baru-baru ini, Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty menyebut negosiasi pembelian rudal ini masih menunggu kunjungan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh.
“Tentu BrahMos masuk dalam pembicaraan. Kita tunggu kunjungan Menhan India ke Indonesia, baru bisa melangkah ke tahap konkret,” kata Sandeep di Jakarta pada akhir April lalu.
Sementara itu, Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali membenarkan bahwa rudal tersebut tengah dikaji sebagai salah satu opsi alutsista strategis yang dibutuhkan Indonesia.
Ia menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Kementerian Pertahanan.
Kesepakatan Bernilai Triliunan
Menurut laporan Mint dan News18, nilai kesepakatan awal pembelian BrahMos oleh Indonesia diperkirakan mencapai US$ 450 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun, menjadikannya salah satu transaksi pertahanan terbesar yang dilakukan Indonesia dengan India.
Tak hanya Indonesia, negara-negara lain seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan beberapa negara Timur Tengah juga dikabarkan tertarik terhadap rudal ini.
Filipina bahkan telah menerima kiriman pertama dan menyatakan keinginannya untuk membeli lebih banyak.
Rudal Multi-Luncur
Sejak pertama kali dipasang di kapal perang India INS Rajput pada 2005, BrahMos terus berkembang.
Kini, rudal ini dapat diluncurkan dari darat, kapal perang, dan sedang dalam tahap akhir pengembangan untuk peluncuran dari pesawat tempur dan kapal selam.
“Dengan BrahMos, India membangun dominasi bukan hanya di udara, tapi juga diplomasi pertahanan di Asia,” jelas Dr. Nandita Mehra, pakar geopolitik dari University of Delhi.
Upaya Ekspor dan Dominasi Pasar
India memang sengaja menjadikan BrahMos sebagai ikon ekspor industri pertahanan nasionalnya.
Melalui BrahMos Aerospace, perusahaan patungan dengan Rusia, India berharap memperluas pengaruh geopolitik melalui penjualan senjata berkualitas tinggi.
“Pasar Asia Tenggara sangat potensial. Rudal ini bisa mengubah lanskap kekuatan militer kawasan,” ujar A. Sivathanu Pillai, Eksekutif Senior BrahMos Aerospace, yang menyatakan BrahMos telah ditawarkan ke Indonesia sejak 2010.
Dengan performa tempur yang telah teruji di medan perang dan daya tarik pasar global yang meningkat, BrahMos bukan hanya menjadi senjata pamungkas India dalam menghadapi Pakistan, tapi juga alat diplomasi pertahanan di kawasan Indo-Pasifik.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]