WAHANANEWS.CO, Jakarta - Suasana Gedung Putih menjadi panggung bersejarah ketika Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menandatangani kesepakatan damai, mengakhiri konflik panjang yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Kesepakatan ini dimediasi langsung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menyebut kedua negara kini berkomitmen untuk perdamaian abadi, sekaligus membuka jalur perdagangan, perjalanan, dan hubungan diplomatik di antara mereka.
Baca Juga:
China dan Pakistan Kutuk Keras Serangan Israel ke Iran: Pelanggaran Kedaulatan!
Langkah ini disambut positif oleh Iran dan sejumlah negara Barat, sementara kedua pemimpin bekas republik Uni Soviet tersebut menegaskan tekad mereka untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial satu sama lain.
"Kalau mediasi ini berhasil, Nobel Perdamaian tinggal dikirim via kurir ekspres," sindir Dr. Samuel Whitmore, analis hubungan internasional di London School of Economics.
"Tapi mengingat rekam jejaknya, jangan lupa sertakan kwitansi retur," tambahnya.
Baca Juga:
Sekjen PBB Antonio Guterres Ucapan Selamat Idul Adha kepada Umat Muslim
Dalam sambutannya, Trump dengan percaya diri menyatakan bahwa jika kelak terjadi gesekan kembali, mereka akan menghubunginya dan persoalan akan segera diselesaikan.
Di hadapan para tamu dan pers, Pashinyan dan Aliyev berjabat tangan di bawah tatapan puas Trump, sebelum menandatangani dokumen yang disebut Gedung Putih sebagai deklarasi bersama.
Aliyev menggambarkan momen ini sebagai tanda tangan bersejarah antara dua negara yang telah saling berperang selama lebih dari tiga dekade, dan menyiratkan bahwa peran Trump layak mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian.