WahanaNews.co | Aksi demonstrasi di Iran untuk menuntut kematian Mahsa Amini berujung rusuh hingga menyebabkan korban tewas sebanyak delapan orang.
Di hari kelima demonstrasi tersebut, pihak pemerintah juga turut memblokir internet dan Instagram.
Baca Juga:
Terkait Demo Mahsa Amini, Iran Kembali Hukum Mati 3 Orang
Diketahui, para korban tewas tersebut diantaranya seorang anggota polisi dan seorang anggota milisi pro-pemerintah.
Namun, angka itu berbeda dari laporan kelompok hak asasi Kurdi, Hengaw. Menurut mereka 10 pengunjuk rasa tewas, demikian dikutip Reuters.
Lebih rinci, tiga orang tewas pada Rabu, dan tujuh orang dibunuh pasukan keamanan.
Baca Juga:
Peringatan Gempa Palsu di Tengah Gelombang Unjuk Rasa Hebohkan Iran
Namun, para pejabat Iran membantah tudingan itu. Mereka malah balik menuding korban bisa saja ditembak pembangkang bersenjata.
Protes di Iran semakin meluas. Tanpa tanda-tanda reda, pihak berwenang membatasi akses ke internet dan Instagram.
Iran sekarang tunduk pada pembatas internet paling parah sejak pembantaian November 2019," demikian menurut NetBlocks.
Selain itu, para pengguna WhatsApp mengatakan hanya bisa mengirim teks, bukan gambar.
Para aktivis banyak yang menyatakan prihatin atas pemblokiran internet itu.
"Kami khawatir dunia akan melupakan Iran segera setelah menutup internet, yang sudah terjadi," kata salah satu seorang aktivis.
Iran tengah bergejolak usai kematian Mahsa Amini di penjara pekan lalu. Ia ditangkap karena dianggap mengenakan pakaian tak sesuai.
Kematian Amini juga memicu kecurigaan. Sang ayah mengatakan Amini tak memiliki masalah kesehatan dan menderita memar di kakinya dalam tahanan.
Kematian itu juga memicu kemarahan terhadap isu-isu kebebasan di Iran. Warga ramai-ramai menggelar demo. Sejumlah perempuan bahkan membuka jilbab mereka dan memotong rambut di depan umum.
Salah satu pejabat Iran berjanji akan menindaklanjuti kasus itu.
Media yang dekat pemerintah, merilis video yang menuduh para pengunjuk rasa membakar sebuah masjid, kuil Islam, dan bus. [rsy]