WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali mencuri perhatian dalam forum ekonomi internasional.
Duduk berdampingan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Prabowo tak hanya memaparkan agenda besar pembangunan nasional, tapi juga menyelipkan kisah dramatis soal rekonsiliasi di Aceh yang menyentuh emosi peserta forum.
Baca Juga:
Perundingan Damai Rusia-Ukraina di Turki, Putin Dipastikan Absen
Momen itu terjadi dalam sesi dialog di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) ke-28, Jumat (20/6/2025).
Dihadiri tokoh-tokoh ekonomi dan pemimpin dunia, Prabowo menyampaikan pentingnya nilai perdamaian dan rekonsiliasi, seraya menyinggung pengalaman pribadinya saat menghadapi konflik panjang di Aceh.
Awalnya, Prabowo mengangkat kisah Nelson Mandela sebagai tokoh inspiratif yang mengedepankan rekonsiliasi ketimbang balas dendam.
Baca Juga:
Jenderal Rusia Tewas dalam Ledakan Bom Mobil Dekat Moskow
“Dia berupaya rekonsiliasi dengan mantan-mantan musuhnya. Itulah kehebatan Nelson Mandela,” ucap Prabowo sembari menoleh ke arah Putin.
Ia kemudian menarik benang merah antara Mandela dan pengalamannya sendiri di Indonesia.
“Kami ada pemberontakan separatis yang sangat lama di Aceh, sangat lama, saya kira hampir 30 tahun,” ujarnya.
Dengan nada tenang namun sarat makna, Prabowo melanjutkan:
“Tapi dapatkah Anda bayangkan bahwa mantan komandan dari tentara pembebasan Aceh (GAM) yang berperang melawan kami selama 25 tahun lebih, sekarang dia bergabung ke partai saya, dia ada di partai politik saya. Dan sekarang dia adalah Gubernur Aceh, dan saya Presiden Indonesia.”
Pernyataan itu sontak membuat forum terdiam sejenak, lalu disusul tepuk tangan panjang dari para hadirin. Di sisi Prabowo, Presiden Putin terlihat mencatat pernyataan tersebut.
Walau tidak menyebut nama, publik paham bahwa sosok yang dimaksud adalah Muzakir Manaf alias Mualem, eks petinggi GAM yang kini menjabat Gubernur Aceh.
Wakilnya, Fadhlullah alias Dek Fad, adalah mantan kombatan GAM yang kini berkiprah di Partai Gerindra dan pernah menjadi anggota DPR.
Prabowo menegaskan bahwa kisah itu bukan sekadar narasi simbolik, melainkan bukti nyata bahwa rekonsiliasi bisa berjalan, bahkan antara dua pihak yang dulu saling berhadapan di medan tempur.
“Saya ini mantan tentara, saya tahu betul nilai perdamaian dan rekonsiliasi. Lebih baik berbicara ketimbang membunuh satu sama lain,” tuturnya dengan mantap.
Momen tersebut bukan hanya menunjukkan kapasitas Prabowo sebagai negarawan, tetapi juga memperkuat citranya sebagai pemimpin yang membawa semangat damai ke panggung internasional.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]