WahanaNews.co | Selama
berbulan-bulan, Tanzania ngaku bebas COVID-19. Pemerintah setempat menolak
lockdown atau tindakan pencegahan lain, dan hanya mengandalkan doa.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Lawan Tanzania Imbang 0-0 dalam Laga Uji Coba
Kini klaim pemerintah Tanzania mulai dipertanyakan. Sebab,
enam orang pejabat tinggi daerah otonomi khusus Zanzibar meninggal akibat
pneumonia yang diduga dipicu COVID-19. Bahkan Wapres Zanzibar sudah mengakui
terinfeksi corona.
"COVID-19 sudah membunuh warga kami dan kami melihat
banyak kasus tapi kami tidak bisa berbicara soal penyakit itu di negara
ini," kata seorang dokter di ibu kota Dar es Salaam, yang namanya minta
dirahasiakan karena alasan keselamatan.
Masalah pemerintah yang tak mau jujur mengenai pandemi
COVID-19, bermuara pada sikap Presiden Jon Magufuli. Sang kepala negara
meremehkan bahaya virus corona.
Baca Juga:
Jokowi Undang Presiden Tanzania Hadiri Indonesia-Africa Forum
Negara tetangga Tanzania sudah melakukan berbagai cara
berupa lockdown hingga penutupan perbatasan
demi mencegah masuknya wabah. Tidak demikian dengan Tanzania, Magufuli
terus menganggap virus itu sudah hilang dari tanah Tanzania.
Magufuli pernah berkata bahwa terakhir kali virus itu muncul
yaitu pada April 2020. Ia percaya karena doa negaranya selamat dari pandemi
COVID-19.
"Itu sebabnya tidak ada yang pakai masker di sini, apa
kalian pikir kami takut mati?" kata Magufuli ketika ditanya soal bahaya
virus corona, demikian dikutip dari AFP.
Magufuli bukan cuma terus menerus membantah adanya virus
corona. Lewat kekuasaannya yang absolut dia melarang publikasi media mengenai
penyakit berbahaya tanpa izin pemerintah.
Sikap Magufuli yang meremehkan corona, nyatanya tidak
diterima oleh beberapa lapisan warga. Masyarakat Tanzania tanpa ada anjuran
resmi dari pemerintah, terlihat menjalankan protokol kesehatan dengan
sendirinya.
Laporan kantor berita AFP, warga Tanzania banyak terlihat
memakai masker. Bahkan beberapa di antaranya mengakui takut atas bahaya
COVID-19.
"Hal ini sudah menyerang kami dan pemerintah tidak mau
mengakui dan menerima," kata seorang warga, Kuluthum Husein, yang nampak
terus memakai masker di tempat umum.
"Ada empat orang kenalan saya yang meninggal karena
pneumonia di waktu berdekatan, saya harus menjaga nyawa saya," sambung
dia.
Pemerintah Tanzania boleh terus menerus mengeklaim bebas
corona, namun kenyataan berkata lain.
Pada Januari lalu Institut Staten Denmark (SSI) melakukan
penelitian mengenai varian virus corona Afsel, yang dikenal lebih menular.
Hasilnya, dua pelancong yang baru kembali dari Tanzania tertular varian baru
itu.
Mengetahui fakta tersebut, pemerintah Inggris resmi melarang
penerbangan dari Tanzania.
Sedangkan Gereja Katolik Tanzania sudah meminta pengikutnya
menjaga diri dan melakukan protokol kesehatan ketat.
"Kami punya alasan kuat untuk selalu berjaga-jaga dan
berdoa pada Tuhan agar kami bertindak pada pandemi ini," kata surat resmi
Gereja Katolik Tanzania. [qnt]