WahanaNews.co | Seorang oknum polisi di Kota London, Inggris telah membuat geger publik karena melakukan 24 kali pemerkosaan dan kekerasan seksual dalam periode 17 tahun.
Polisi bernama David Carrick itu mengungkap perbuatan tersebut saat mengaku bersalah dalam persidangan pada Senin (16/1/2023) lalu.
Baca Juga:
Dugaan Penjualan Solar Subsidi dengan Jumlah Besar di SPBU Sergai: Truk Diduga Milik Oknum Polisi
Carrick mengaku bersalah atas 49 tuduhan, termasuk 24 gugatan terkait pemerkosaan yang mencakup pelecehan, percobaan pemerkosaan, dan penyekapan.
Komisioner Asisten Kepolisian, Barbara Gray, mengungkap bahwa Carrick biasanya bertemu para korbannya melalui situs-situs kencan daring atau acara sosial lainnya.
Ia kerap memanfaatkan profesinya sebagai polisi untuk meyakinkan para korban. Setelah pelecehan terjadi, Carrick kerap mengancam para korbannya.
Baca Juga:
Terlilit Utang, 2 Oknum Polisi di Sumbar Nekat Rampok Uang Pengisian ATM
Carrick memperingatkan bahwa kepolisian tidak akan percaya jika para korban mengadu. Akibatnya, korban-korban tak langsung melapor setelah kejadian.
Pihak kepolisian sendiri merasa bersalah karena tak dapat mendeteksi pola perilaku Carrick sehingga mereka tak memecat anggota tersebut.
"Ia memanfaatkan fakta bahwa ia merupakan seorang petugas kepolisian untuk mengendalikan dan memaksa korban-korbannya," ucap Gray, seperti dikutip Associated Press.
Ia kemudian berkata, "Kami seharusnya bisa melihat pola sikap menyimpang ini dan karena kami tak bisa [mendeteksi pola itu], kami kehilangan kesempatan untuk mendepaknya dari organisasi."
Wali Kota London, Sadiq Khan, mengaku "sangat muak dan terkejut" mendengar kabar ini.
"Warga London juga pasti sangat terkejut pria ini bisa bekerja untuk kepolisian sangat lama," ucap Khan.
"Pertanyaan serius harus dijawab tentang bagaimana dia bisa menyalahgunakan posisinya sebagai polisi dengan cara sangat buruk."
Selama ini, Khan memang terus menyerukan reformasi kepolisian London, terutama setelah serangkaian kontroversi dan tudingan misogini hingga rasisme menggerayangi institusi itu.
Serangkaian kontroversi ini membuat kepercayaan publik terhadap kepolisian merosot tajam.
Kepercayaan publik mulai turun sejak seorang polisi, Wayne Couzens, diadili atas kasus penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
Korban Couzens, Sarah Everard, diserang ketika ia sedang pulang berjalan kaki di malam hari di London pada 2021 lalu.
Seorang anggota parlemen Inggris, Yvette Cooper, mengatakan kasus Carrick ini "bukti lebih jauh atas kegagalan parah kepolisian dalam proses pemeriksaan pelanggaran anggota, belum diselesaikan pemerintah." [sdy]