WahanaNews.co | Harga batu bara naik lagi. Dalam dua hari terakhir ini, harga si batu hitam melesat lebih dari 8%.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 154,1/ton. Naik 1,22% dari posisi hari sebelumnya.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Ini membuat harga batu bara naik selama dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, harga melonjak 8,41%.
Namun kemungkinan harga komoditas ini sulit untuk 'terbang-terbangan' seperti beberapa waktu lalu. Sebab, masalah kekurangan pasokan sepertinya sudah mulai reda.
Di India, misalnya, kebutuhan akan batu bara mulai berkurang. Bulan lalu, pertumbuhan permintaan listrik di Negeri Bollywood adalah 2,2%. Melambat dibandingkan Oktober 2021 yang tumbuh 4,1%.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Pembangkitan listrik dengan batu bara di India turun 2,8% pada November 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Stok batu bara di pembangkit listrik pun sudah terkumpul, tinggal 31 pembangkit yang punya cadangan untuk tiga hari atau kurang. Pada Oktober 2021, ada 44 pembangkit yang punya cadangan hanya cukup untuk tiga hari atau kurang dari itu.
Pasokan batu bara yang sepertinya sudah memadai di India membuat permintaan bisa dikurangi. Ini tentu menjadi faktor risiko buat harga, ada kecenderungan bakal terkoreksi.
Perkembangan di China juga bisa menekan harga batu bara. Pemerintahan Presiden XI Jinping mencoba mengontrol harga komoditas ini dan membuahkan hasil.
Salah satu langkah pemerintahan Kamerad Xi adalah 'membanjiri' pasar dengan pasokan batu bara. Kelangkaan batu bara (coal crunch) di Negeri Tirai Bambu sudah usai sehingga pembentukan harga menjadi lebih wajar.
"Krisis batu bara di China sudah terselesaikan. Produksi dan stok sepertinya memadai untuk kebutuhan pembangkit listrik selama musim dingin," tulis Clyde Russell, kolumnis Reuters, dalam tajuk berjudul China's Coal Crunch is Over, but Prices are Still Too High.
Akan tetapi, lanjut Russell, perjuangan belum selesai. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu bara masih membukukan kenaikan 88,5% secara point-to-point, Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, harga masih naik 115,68%.
"Harga batu bara masih di level yang tinggi. Juga masih di atas level yang nyaman bagi pemerintah dan dunia usaha di China," sebut Russell.
Oleh karena itu, Russel menilai pemerintah China akan berupaya lebih keras lagi dalam mengintervensi pasar. Hasilnya, kemungkinan harga komoditas ini nantinya bakal turun lagi. [rin]