WahanaNews.co | Setelah dinyatakan hilang sejak 1915, kapal Endurance milik penjelajah kutub, Ernest Shackleton pada akhirnya bangkai kapal ditemukan di Antartika, kemarin.
Reuters melaporkan, organisasi Falklands Maritime Heritage Trust menemukan bongkahan kapal tersebut dalam misi Endurance22.
Baca Juga:
Keajaiban Gunung Antartika: Debu Panas Bercampur Emas 80 Gram
Dalam misi itu, mereka menggunakan kendaraan bawah air terbaru bernama Sabertooths yang dilengkapi kamera dan pemindai berkualitas tinggi.
Satu gambar yang tersebar menunjukkan kapal tersebut berada dalam kondisi bagus, dengan namanya terlihat jelas di bagian belakang.
"Kami sangat tercengang dengan keberuntungan kami," kata direktur eksplorasi ekspedisi tersebut, Mensun Bound, kepada Reuters.
Baca Juga:
Tertahan 37 Tahun di Dasar Laut, Gunung Es Terbesar di Dunia Akhirnya Bergerak
"Sejauh ini, bangkai kapal kayu ini merupakan yang terbaik yang pernah saya lihat. Ia berdiri tegak di dasar laut, dan terawetkan dengan sangat baik."
Ekspedisi ini dipimpin oleh penjelajah kutub Inggris, John Shears. Mereka bergerak menggunakan kapal pemecah es Agulhas II.
Ini bukanlah ekspedisi pertama yang dilakukan untuk menemukan kapal Endurance. Sebelumnya, penjelajah Frank Worsley juga sempat melakukan ekspedisi pencarian.
Namun, ekspedisi yang dilakukan Worsley gagal karena kondisi Laut Weddell yang tak bersahabat, mengingat kala itu laut tersebut tertutup es.
Tim Shears kemudian menemukan kapal Endurance sekitar 6 kilometer dari posisi yang tercatat oleh Worsley saat ekspedisi sebelumnya.
Kapal Endurance sendiri hilang pada November 1915, kala Shackleton berupaya melakukan penjelajahan perdana melewati Antarktika.
Saat itu, Endurance terdampar di dataran es, tapi 28 awak kapal berhasil selamat. Kisah mereka menjadi salah satu cerita penyelamatan terbaik dalam sejarah umat manusia.
Mereka berjalan melintasi daratan es. Tim itu menggantungkan hidup pada penguin dan anjing laut. Mereka kemudian berlayar dengan tiga sekoci dan tiba di Pulau Gajah.
Sesampainya di pulau tak berpenghuni itu, Shackleton dan sejumlah krunya mendayung ke arah Georgia Selatan, yang berjarak sejauh 1.300 km, menggunakan kapal James Caird.
Shackleton dan timnya kemudian meminta bantuan dari stasiun perburuan paus. Setelah itu, Shackleton kembali ke Pulau Gajah untuk menjemput sisa awak kapalnya pada Agustus 1916.
[bay]