WahanaNews.co, Dubai - PT PLN (Persero) memaparkan program dan strategi untuk dekarboniasi sektor kelistrikan tanah air di main stage atau panggung utama gelaran COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) (5/12) dengan tema “Enabling a Just and Managed Transition for Coal”. Strategi dan mekanisme PLN dalam pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap akan menyumbang penurunan emisi karbon secara signifikan.
Chief Executive Officer COP28 Adnan Amin mengatakan, COP28 mendorong agar proses dekarbonisasi dalam transisi energi melalui penghentian pemanfaatan batubara secara bertahap bisa terlaksana. Pihaknya juga mengajak seluruh 60 negara yang tergabung untuk mengambil tanggung jawab dan segera bergeser dari batu bara ke energi bersih.
Baca Juga:
Keberhasilan di COP28, PLN Siapkan Terobosan Menuju Net Zero Emissions
"Dunia harus mempercepat transisi energi dengan cara yang tertib, adil dan merata. Dengan mempertimbangkan sekuritas energi, dan memastikan bahwa pendanaan serta teknologinya tersedia untuk negara-negara berkembang," ujar Amin.
Ket foto: Diskusi dengan tema “Enabling a Just and Managed Transition for Coal” di main stage COP28 Dubai, UEA. Keterangan foto: Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo (kanan), Executive Vice President of Rockefeller Foundation, Elizabeth Yee (kiri), Managing Director of Monetary Authority of Singapore, Ravi Menon (kedua dari kiri), Principal Director & Head of Office of Markets Development and Public-Private Partnership of Asian Development Bank, Cleo Kawawaki (tengah), Chief Executive Officer of ACEN, Eric Francia (kedua dari kanan). [WahanaNews.co/PLN]
Amin menekankan bahwa penghentian pemanfaatan batu bara merupakan bagian penting dari transisi energi. Karena saat ini listrik yang berbasis batu bara menyumbang sekitar 27% emisi energi dan industri global.
Baca Juga:
Transformasi Energi: PLN Yakinkan 14 Entitas Nasional dan Multinasional
Tantangannya kemudian adalah, akan ada sejumlah besar modal yang terkunci dan tidak dapat diganti untuk aset batubara di negara-negara Selatan. Karena, usia pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia dan Afrika jauh lebih muda dibandingkan dengan wilayah Utara.
"Kita harus menyediakan alat yang diperlukan untuk membantu beralih dari batu bara ke energi bersih. Hal ini memerlukan inovasi mekanisme pendanaan iklim yang inovatif, termasuk kredit transisi yang dapat membantu pemerintah dan perusahaan melakukan pensiun dini (pembangkit batu bara)," jelas Amin.
Climate Change Ambassador Perancis, Stephane Crouzat menilai negara berkembang seperti Indonesia sudah melakukan berbagai trobosan untuk mengurangi emisi karbon. Keterlibatan lembaga keuangan internasional dan juga pihak swasta dalam perluasan investasi perlu didorong.