WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menjadi korban pelecehan di depan umum dan langsung melaporkan pelaku ke kepolisian setempat.
Peristiwa memalukan yang menimpanya itu terekam kamera dan videonya viral di seluruh Meksiko, sebagaimana diberitakan India Today pada Kamis (6/11/2025).
Baca Juga:
Wakil Walikota Medan Tanggap Cepat Kasus Kekerasan Seksual Anak di Medan Menteng
Sheinbaum menyebut kejadian itu sebagai gambaran nyata ancaman yang masih sering dihadapi perempuan di negaranya.
"Kalau hal seperti ini bisa terjadi pada presiden, bagaimana dengan semua perempuan muda di negara kita?" ucap Sheinbaum dalam konferensi pers yang digelar sehari setelah video insiden itu menyebar luas.
"Tak seorang pun berhak melanggar ruang pribadi perempuan," sambungnya dengan nada tegas.
Baca Juga:
Aksi Tak Senonoh Lansia di Bandung Viral, Polisi Turun Tangan
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (4/11/2025) di kawasan bersejarah Meksiko City, saat Sheinbaum berjalan dari Istana Nasional menuju Kementerian Pendidikan sambil menyapa warga di jalan.
Dalam rekaman video, tampak seorang pria paruh baya berusaha melakukan pelecehan seksual terhadap Sheinbaum secara terang-terangan di tengah kerumunan.
Presiden perempuan pertama dalam sejarah Meksiko itu segera menepis pelaku dan seorang staf pengamanan langsung menghalanginya, sementara tidak tampak aparat keamanan resmi di lokasi.
Sheinbaum menjelaskan bahwa pelaku tampak dalam keadaan mabuk dan telah berhasil ditangkap oleh polisi pada malam harinya.
Dia menegaskan bahwa tindakan semacam ini harus diperlakukan sebagai tindak pidana yang bisa dijatuhi hukuman tegas, karena merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan.
"Ini harus dilaporkan, harus disebut apa adanya, karena ini adalah bentuk kekerasan," kata Sheinbaum.
Ia juga meminta Kementerian Perempuan Meksiko meninjau ulang undang-undang di setiap negara bagian agar pelecehan seksual diakui sebagai tindak kriminal yang dapat diproses hukum.
Saat ini, tindak pelecehan seksual baru dikategorikan sebagai kejahatan di sekitar separuh dari 32 negara bagian Meksiko, termasuk wilayah ibu kota.
Sheinbaum kemudian mengecam media lokal Reforma yang mempublikasikan foto-foto dari kejadian tersebut, menyebutnya sebagai bentuk reviktimisasi terhadap korban.
"Penggunaan gambar itu juga merupakan kejahatan. Itu melewati batas etika. Saya menunggu permintaan maaf dari media tersebut," ujarnya.
Ia menilai publikasi foto itu tidak hanya melanggar privasi tetapi juga termasuk bentuk kekerasan digital sebagaimana diatur dalam undang-undang Meksiko.
Kementerian Perempuan Meksiko mendukung penuh sikap Presiden Sheinbaum dan menyerukan agar media berhenti menyebarkan konten yang melanggar integritas perempuan, sekaligus mendorong para korban kekerasan untuk berani melapor.
Insiden ini kembali memicu perdebatan nasional tentang keselamatan perempuan di Meksiko, negara yang masih menghadapi tingkat kekerasan berbasis gender tinggi.
Data resmi pemerintah mencatat 821 kasus femisida sepanjang 2024 dan 501 kasus hingga September 2025, meski kelompok aktivis meyakini jumlah sebenarnya jauh lebih besar.
Kelompok feminis mengutuk keras serangan terhadap Sheinbaum, namun sebagian menilai pemerintah belum cukup serius memperkuat sistem hukum dan penegakan terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan.
Kendati demikian, langkah Sheinbaum yang secara terbuka melapor ke polisi dianggap sebagai momen penting dalam perjuangan kesetaraan dan keamanan perempuan di Meksiko.
Banyak pihak menilai sikapnya itu menjadi titik balik penting yang menempatkan isu keselamatan perempuan di pusat perhatian publik nasional.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]