WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perang antara Iran dan Israel memasuki babak baru yang lebih senyap namun tidak kalah mencekam.
Pada Senin (16/6/2025) malam, jutaan warga Israel dikejutkan oleh raungan sirene bahaya udara yang menggema di berbagai permukiman.
Baca Juga:
Hanya 15 Menit ke Israel, Rudal Maut Sejjil Iran Mengejutkan Dunia
Namun tak satu pun rudal terlihat di langit. Tidak ada ledakan. Tidak ada kehancuran fisik. Tapi ketegangan psikologis menyelimuti seluruh negeri.
Media Iran seperti IRNA, dikutip dari jaringan Al-Mayadeen dan Hamshahri Online, melaporkan bahwa peristiwa ini adalah buah dari operasi siber Iran yang berhasil menyusup ke sistem peringatan rudal Israel.
Hasilnya: kekacauan massal, warga panik berlarian ke tempat perlindungan, dan rasa cemas yang menyesakkan selama berjam-jam.
Baca Juga:
Luncurkan Rudal Sejjil ke Israel, Iran: Gerbang Neraka Baru Dimulai
Haaretz dan sejumlah media utama Israel menyebut kejadian ini sebagai insiden luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Militer Israel bungkam, hanya mengeluarkan imbauan agar warga tetap di dalam bunker dan tidak keluar lebih dari 90 menit, meski tidak ada satu pun proyektil terdeteksi.
“Situasi ini menegangkan luar biasa. Tak ada yang tahu apakah ini nyata atau tidak, tapi kami semua ketakutan,” ujar seorang warga di Tel Aviv.
Laporan Eqtesadnews yang juga mengutip IRNA menyebutkan bahwa banyak analis Israel mulai sepakat: ini bukan sekadar kesalahan teknis, tapi bentuk perang siber dan tekanan psikologis yang sengaja dilancarkan Iran.
Langkah ini dinilai sebagai strategi militer modern: menyerang mental musuh, menciptakan kepanikan massal, tanpa melepaskan satu pun rudal.
Hari-Hari Penuh Sirene: Dari Rudal Nyata hingga Perang Psikologis
Peristiwa pada 16 Juni bukan kejadian tunggal. Serangkaian serangan rudal sungguhan memang sudah dilancarkan Iran sejak Jumat, 13 Juni 2025, sebagai balasan atas serangan Israel ke fasilitas nuklir di Isfahan.
13 Juni 2025
Iran meluncurkan lebih dari 100 drone dan rudal balistik ke arah Israel. Sirene meraung di Tel Aviv, Yerusalem, dan wilayah utara.
14 Juni 2025
Gelombang kedua datang. Peringatan serangan udara terdengar di berbagai daerah meskipun tidak seintens hari sebelumnya.
15 Juni 2025
Iran menembakkan rudal balistik tambahan, kali ini didukung oleh serangan dari kelompok Houthi di Yaman. Wilayah tengah dan utara Israel kembali dalam siaga tinggi.
16 Juni 2025
Garda Revolusi Iran (IRGC) mengklaim meluncurkan gelombang ke-9 serangan. Namun serangan yang paling mengacaukan justru bukan berupa rudal, melainkan perang siber yang membuat sistem peringatan Israel lumpuh secara psikologis.
17 Juni 2025
Dua gelombang serangan dilaporkan: pagi hari rudal kembali menghantam wilayah utara, dan malamnya sirene kembali meraung di pusat kota.
18 Juni 2025
Intensitas mulai menurun. Namun ketegangan tak kunjung reda. Beberapa komunitas masih mendengar sirene, dan sistem pertahanan tetap siaga penuh.
Di tengah gelombang serangan dan perang psikologis ini, Israel terpaksa harus menghadapi realita baru: musuhnya kini tak hanya mengandalkan rudal dan drone, tapi juga senjata yang menyerang dari dalam sistem—tanpa suara, tanpa ledakan, namun penuh teror.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]