WAHANANEWS.CO, Jakarta - Militer Israel secara resmi mengumumkan peluncuran "operasi darat berskala besar" di wilayah Jalur Gaza pada Minggu (18/05/2025).
Operasi tersebut dilakukan di tengah kondisi Gaza yang terus dilanda kehancuran akibat konflik berkepanjangan sejak tahun 2023.
Baca Juga:
Dua Pelabuhan Yaman Dilumat dari Udara, Netanyahu: Ini Baru Awal!
Dalam keterangan resminya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa pengerahan pasukan dilakukan baik di wilayah utara maupun selatan Jalur Gaza, mencakup pasukan aktif dan pasukan cadangan dari Komando Selatan.
"Operasi darat skala luas di wilayah utara dan selatan Jalur Gaza. Ini sebagai bagian dari dimulainya Operasi Gideon’s Chariots,” demikian bunyi pernyataan resmi militer Israel yang dirilis ke publik.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, menjelaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir sebelum operasi darat dimulai, pasukan IDF telah lebih dulu menggencarkan serangan udara secara intensif terhadap posisi-posisi yang diduga menjadi basis kekuatan Hamas di Jalur Gaza.
Baca Juga:
Presiden Mesir Mendesak Mediasi Internasional untuk Gencatan Senjata di Gaza
Ia mengungkapkan bahwa lebih dari 670 target strategis yang diklaim milik Hamas telah dibombardir.
Serangan itu, menurutnya, bertujuan untuk “mengganggu persiapan musuh dan mendukung operasi darat tersebut.”
Serangan udara yang diluncurkan secara masif selama lima hari terakhir bertepatan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ke kawasan Timur Tengah.
Dalam rangkaian lawatannya, Trump menyambangi sejumlah negara kunci di wilayah tersebut, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Beberapa analis menilai bahwa eskalasi serangan ini tak terlepas dari dinamika geopolitik yang sedang berlangsung di kawasan.
Di tengah meningkatnya kekerasan bersenjata, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sedikitnya 378 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru yang dilancarkan oleh Israel.
Sementara puluhan korban lainnya mengalami luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.
Sejak awal Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangkaian serangan militer yang menewaskan puluhan ribu warga sipil Palestina di Jalur Gaza.
Berdasarkan data terbaru, jumlah korban jiwa telah melampaui 53.300 orang.
Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, yang menjadi kelompok paling rentan dalam konflik bersenjata yang terus berkecamuk tanpa kejelasan akhir ini.
Banyak pihak internasional mendesak penghentian kekerasan dan mendorong dilakukannya gencatan senjata, namun hingga saat ini, situasi di Gaza justru menunjukkan tanda-tanda eskalasi lebih lanjut, seiring dimulainya fase darat dari operasi militer Israel.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]