WAHANANEWS.CO, Jakarta - Situasi pertukaran sandera antara Israel dan Hamas memicu ketegangan baru setelah militer Israel menyatakan bahwa salah satu jenazah yang dikembalikan bukan bagian dari daftar sandera resmi.
Pada Selasa (14/10/2025), empat jenazah diterima oleh pihak Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, namun hasil tes forensik yang dilakukan semalaman menunjukkan bahwa satu di antaranya tidak cocok dengan identitas sandera yang terdaftar.
Baca Juga:
Prabowo Jadi Sorotan di Sidang PBB, Trump Angkat Jempol untuk Kepemimpinan Indonesia
Militer Israel menegaskan pada Rabu (15/10/2025) bahwa Hamas memiliki kewajiban mutlak untuk memastikan setiap jenazah yang diserahkan adalah sandera yang telah meninggal dan menuntut klarifikasi atas temuan tersebut.
"Hamas diharuskan melakukan semua upaya yang diperlukan untuk memulangkan para sandera yang telah meninggal," tegas pihak militer Israel dalam pernyataannya.
Sejak Senin (13/10/2025), kelompok Hamas menyerahkan total 20 sandera Israel yang masih hidup serta delapan jenazah sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Baca Juga:
Pertemuan PBB Bahas Gaza, Indonesia Siap Ambil Peran Aktif dalam Upaya Perdamaian dan Rekonstruksi
Dari delapan jenazah itu, diketahui satu berasal dari Nepal, enam dari Israel, dan satu lagi kini berstatus tidak teridentifikasi berdasarkan pemeriksaan medis Israel.
Di sisi lain, sebuah rumah sakit di Gaza melaporkan telah menerima 45 jenazah warga Palestina yang diserahkan kembali oleh otoritas Israel pada hari yang sama dalam mekanisme pertukaran tahanan dan jenazah di tengah gencatan senjata.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku sejak Jumat (10/10/2025), Hamas berkewajiban menyerahkan total 48 sandera yang diyakini masih berada di wilayah Gaza, terdiri atas 20 sandera hidup dan 28 sandera yang telah dinyatakan tewas.