WAHANANEWS.CO - Jepang akhirnya mencabut peringatan langka potensi gempa besar atau megaquake setelah sepekan penuh berada dalam status siaga menyusul gempa kuat yang mengguncang wilayah lepas pantai utara negara tersebut pada Selasa (16/12/2025).
Pencabutan peringatan itu disampaikan Badan Meteorologi Jepang (JMA) setelah masa peringatan khusus yang diberlakukan bagi warga resmi berakhir.
Baca Juga:
Gunung Sakurajima Meletus di Jepang, Lontarkan Abu Vulkanik Setinggi 4.400 Meter
Pejabat JMA Issei Suganuma mengatakan kepada AFP, "masa peringatan khusus untuk warga berakhir tengah malam".
"Namun ini tidak berarti gempa tidak akan terjadi lagi, sehingga kami ingin warga tetap waspada," tambah Suganuma.
JMA menyatakan risiko terjadinya megaquake di lepas pantai utara Jepang masih ada, tetapi potensi tersebut akan menurun seiring berjalannya waktu.
Baca Juga:
Prabowo: ASEAN–Jepang Adalah Jangkar Perdamaian dan Stabilitas Indo-Pasifik
Sebelumnya, JMA bersama Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang (FDMA) melaporkan gempa berkekuatan 7,5 magnitudo yang terjadi pada Senin (8/12/2025) memicu tsunami setinggi sekitar 70 sentimeter dan melukai lebih dari 40 orang.
Meski demikian, otoritas tidak menerima laporan adanya kerusakan besar akibat gempa dan tsunami tersebut.
Setelah gempa itu, Suganuma mengeluarkan peringatan langka dengan menekankan adanya peningkatan risiko megaquake yang didefinisikan sebagai gempa berkekuatan 8,0 magnitudo atau lebih di wilayah utara Jepang.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa setelah gempa berkekuatan 7,0 magnitudo atau lebih, terdapat kemungkinan sekitar satu persen terjadinya megaquake dalam kurun waktu tujuh hari.
Peringatan tersebut juga mendorong warga untuk menyiapkan tas darurat sebagai langkah antisipasi apabila harus mengungsi secara cepat.
Berdasarkan pedoman pencegahan bencana pemerintah Jepang yang diterbitkan pada Maret, megaquake di wilayah lepas pantai Hokkaido–Sanriku berpotensi memicu tsunami setinggi hingga 30 meter.
Dalam skenario terburuk, bencana tersebut diperkirakan dapat menewaskan sekitar 199.000 orang.
Gempa besar itu juga berpotensi menghancurkan hingga 220.000 rumah dan bangunan.
Selain kerusakan fisik, kerugian ekonomi akibat megaquake diperkirakan bisa mencapai 31 triliun yen atau sekitar Rp3.317 triliun.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]