WahanaNews.co | Fasilitas penyimpanan gas terbesar di Eropa barat ini terletak 2 kilometer di bawah tanah di Kota Rehden, Negara Bagian Niedersachsen, di Jerman utara.
Dengan luas sekitar 910 lapangan sepakbola, fasilitas ini dapat menampung konsumsi gas alam tahunan bagi sekitar 2 juta rumah tangga.
Baca Juga:
Thomas Muller Resmi Pensiun dari Tim Nasional Jerman Setelah 14 Tahun Berkarier
"Big. Bigger. Rehden," demikian slogan di laman web perusahaan yang mengoperasikannya.
Fasilitas penyimpanan ini memainkan peran sentral dalam keamanan pasokan gas untuk Jerman dan Eropa.
Sementara Astora yang adalah anak perusahaan dari raksasa perusahaan energi Rusia, Gazprom, memiliki lebih dari sepertiga dari semua fasilitas penyimpanan gas di Jerman.
Baca Juga:
Euro 2024: Slovenia vs Serbia Berakhir Imbang 1-1
Saat ini semua situs penyimpanan Astora punya satu kesamaan: Hampir kosong, dengan tingkat kapasitas 10 persen atau kurang dari itu.
Menteri Urusan Ekonomi dan Iklim Jerman, Robert Habeck dari Partai Hijau, berasumsi bahwa fasilitas penyimpanan telah "dikosongkan secara sistematis" sebagai sengaja untuk menaikkan harga gas, tetapi juga untuk memberikan tekanan politik.
UU baru untuk jamin cadangan gas Sekitar 55 persen impor gas Jerman berasal dari Rusia, juga sekitar 50 persen batu bara dan 30 persen minyak impor minyak Jerman.
Meski di Jerman cadangan strategis minyak harus bertahan selama 90 hari, tidak ada persyaratan seperti itu bagi gas dan batu bara.
Tiap perusahaan berhak memutuskan cadangan mereka masing-masing.
Namun kini jelas bahwa ini adalah suatu kesalahan, dan Kementerian Urusan Ekonomi dan Iklim Jerman berniat mendorong adanya perubahan undang-undang secepat mungkin.
Pertama, untuk gas: Fasilitas penyimpanan harus diisi tidak kurang dari 80 persen kapasitas pada Oktober, dan 90 persen pada Desember, dan masih setidaknya 40 persen pada Februari.
Undang-undang tersebut akan dibawa ke parlemen Jerman, Bundestag, hingga diharapkan bisa berlaku pada 1 Mei.
"Ini penting untuk memastikan bahwa kita memiliki waktu sampai musim panas untuk mengisi fasilitas penyimpanan," menurut pernyataan dari kementerian tersebut.
Tapi apa yang terjadi jika itu tidak dapat dilakukan, misalnya karena Moskwa memerintahkan pembatasan atau bahkan penghentian pasokan energi?
Pembangkit Nuklir dan Batu Bara Kembali Dipertimbangkan?
Di masa krisis, banyak hal yang bisa terjadi.
Salah satu kemungkinannya adalah menunda penghentian penggunaan tenaga nuklir.
Setelah bencana nuklir di Fukushima, Jepang, pada 2011, Jerman memutuskan untuk melanjutkan rencananya untuk menutup semua pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2022.
Hingga kini masih ada tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang masih beroperasi di Jerman.
Pada saat yang sama, sudah ada keputusan untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara selambat-lambatnya pada 2038.
Tetapi kekhawatiran tentang keamanan energi Jerman sekarang membuat semua keputusan ini kembali dipertanyakan.
Para menteri ekonomi dari 16 negara bagian Jerman telah menyerukan dipertimbangkannya kembali waktu operasi yang lebih lama untuk pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir.
"Semua pilihan harus tersedia," kata Menteri Ekonomi dan Energi, Andreas Pinkwart dari Negara Bagian Rhine-Westphalia Utara (NRW) yang terpadat di Jerman.
Pinkwart adalah anggota partai ramah bisnis FDP.
"Semua pilihan tersedia," kata Habeck.
Sebagai menteri urusan ekonomi dan aksi iklim, dia berada dalam posisi yang sangat sulit.
Adalah tugasnya sebagai menteri pemerintah untuk memprioritaskan pengamanan pasokan energi.
Di sisi lain, menghapuskan batu bara secara bertahap dalam menghadapi perubahan iklim adalah masalah inti bagi Partai Hijau yang peduli lingkungan.
Selain itu, penghapusan energi nuklir secara bertahap telah menjadi bagian dari identitas politik partai tersebut sejak awal pendiriannya.
Beli LNG?
Dalam jangka pendek untuk menggantikan pasokan energi Rusia, Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim kini tengah mempertimbangkan pembelian lebih banyak gas dari negara lain, termasuk di Timur Tengah.
Selain itu, gas alam cair (LNG) akan diimpor dari Amerika Serikat.
Semua ini akan dikirim melalui laut.
Jerman sesegera mungkin ingin membangun dua terminal di pantai Laut Utara, di Brunsbüttel dan Wilhelmshaven.
Masalahnya: Prosedur persetujuannya saja kemungkinan akan memakan waktu dua sampai lima tahun.
Selain itu, LNG dianggap "kotor" karena diproduksi oleh elemen yang berbahaya bagi lingkungan.
Pun harga LNG lebih mahal daripada gas alam Rusia.
Namun untuk menuju netralitas iklim, sejauh ini gas memainkan peran penting sebagai pembawa energi untuk masa transisi.
Dan pembangkit listrik tenaga gas modern mengeluarkan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Minggu ini, Habeck akan mengadakan pembicaraan tentang pembelian LNG di Amerika Serikat.
Ia juga akan membahas energi, kebijakan keamanan, dan konsekuensi dari sanksi-sanksi yang diberikan.
Namun krisis saat ini juga merupakan peluang bagi para pencinta lingkungan untuk mendorong produksi listrik hijau secara besar-besaran.
Dalam pemerintahan koalisi Jerman, bahkan Menteri Keuangan Christian Lindner dari FDP telah mengubah nada arah kebijakannya.
Lindner sekarang menyebut energi terbarukan sebagai "energi kebebasan".
Sementara Kanselir Olaf Scholz menyebut energi ini penting untuk keamanan Jerman.
Berbicara di parlemen pada hari Minggu (27/2/2022), Scholz menegaskan, "Semakin cepat kita mendorong perluasan energi terbarukan, semakin baik."
Sebuah paket undang-undang akan mulai berlaku pada awal Juli untuk memungkinkan pasokan listrik sepenuhnya dari sumber terbarukan pada 2035.
Namun, untuk mencapai hal ini, kapasitas produksi harus ditingkatkan secara besar-besaran.
Energi angin misalnya, kapasitasnya akan menjadi dua kali lipat menjadi 110 gigawatt pada tahun 2030.
Energi surya diperkirakan akan meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 200 gigawatt. [gun]